Riza Jadi ‘Pengantin’ Bom Bunuh Diri

Rabu 24-07-2013,09:54 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

TULUNGAGUNG - Dua terduga teroris Dayat dan Riza yang ditembak mati Densus 88 di Jl Pahlawan dua hari lalu, ternyata memiliki peran cukup penting. Riza misalnya, disinyalir menjadi \'pengantin\' bom bunuh diri. Saat ini, Polda Jatim masih melakukan penyidikan lebih mendalam. \"Memang perkembangan terbaru, sementara diduga kuat Riza sebagai pengantin bom,\" ungkap Kapolres Tulungagung AKBP Whisnu Hermawan Februanto, kemarin (23/7). Whisnu menjelaskan, Riza bertugas meledakkan bom di dalam tas punggung yang selalu dibawa. Dia diduga telah direkrut Dayat, rekan sesama terduga teroris yang juga tewas di tangan Densus 88. Informasi yang berhasil diperoleh dari Polda Jatim, salah seorang yang paling berperan dalam aksi teror teroris tersebut yakni Dayat. Warga Medan Sumatera Utara itulah yang sering pulang pergi keluar kota. Selain itu, Dayat menguasai ilmu komputer dengan baik termasuk merekrut pengantin bom. “Dia sudah menjadi buronan Densus 88 sejak bom Poso,” katanya. Ditanya langkah Polres Tulungagung pasca penembakan terduga teroris, Whisnu menjelaskan, sudah dilakukan peningkatan pengamanan di markas komando (polres) serta jajaran polsek. Personel juga ditambah dari semula empat personel menjadi tujuh atau delapan orang, sesuai tingkat kerawanan. Selain itu, polres memaksimalkan kinerja babinsa, yakni mencatat setiap warga baru yang masuk di setiap desa. \"Pengamanan ini untuk mengantisipasi aksi balasan. Perintah penambahan pengamanan juga merupakan instruksi lapangan,\" ungkapnya. JENAZAH DIBAWA KE JAKARTA Senin malam (22/7) lalu, kedua jenazah langsung dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta. dan Riza, dua terduga teroris asal Medan itu tiba di kamar mayat RS Polri jelang tengah malam. Mereka langsung ditangani oleh tim dokter forensik Mabes Polri. \"Pemindahan dilakukan karena peralatan di RS Polri lebih lengkap. Mereka akan mendapat tindakan medis dari tim ahli di sini,\" terang Kadivhumas Mabes Polri Irjen Ronny F Sompie kemarin. Sebenarnya, ada beberapa pertimbangan memindahkan kedua jenazah itu ke Jakarta. Selain faktor keamanan, teknologi kedokteran forensik yang canggih hanya dimiliki RS Polri. Misalnya peralatan tes DNA dan Odontologi (kedokteran gigi) forensik. \"Sampel DNA imigran gelap di Jatim misalnya, itu diperiksa di sini, makanya butuh waktu lama karena harus bolak-balik,\" terang salah seorang petugas di kamar mayat RS Polri. Selain itu, tidak seperti di daerah, para ahli forensik sudah tersedia di RS Polri. Karenanya, seluruh jenazah terduga teroris selalu diinapkan di RS Polri terlebih dahulu sebelum dikembalikan kepada keluarga untuk dikebumikan. Sementara itu, dua terduga teroris yang masih hidup, yakni Mugi Hartanto (38) dan Sapari (49) warga Tulungagung, menjalani interogasi untuk mengungkap jaringan mereka. Menurut Ronny, keempat orang itu merupakan bagian dari DPO kasus terorisme Poso, Medan, dan Bali. Dayat dan Riza selama ini ditugasi mencari dana untuk membiayai operasional kegiatan kelompok teroris Poso. Tentu saja, cara yang digunakan adalah merampok yang mereka anggap sebagai mengambil fai’ atau harta rampasan perang. Sedangkan Mugi dan Sapari menjadi pemandu mereka di Tulungagung. Ronny menambahkan, pihaknya memiliki daftar buruan yang saat ini sedang dikejar oleh Densus 88. Namun, pihaknya tidak bisa mengungkapkan siapa orang-orang yang diburu itu karena akan menyulitkan tim Densus dalam bekerja. \"Kasus Terorisme sangat peka dan dampaknya bisa sangat jauh,\" ucap alumnus Akpol 1984 itu. Jika diungkap, maka tim akan kesulitan membongkar kasus yang lebih besar. Mantan Kapolwiltabes Surabaya itu menyangkal pihaknya dikatakan tidak transparan dalam hal terorisme. Menurut dia, transparansi akan disampaikan sebatas tidak mempersulit upaya pengungkapan kasus. (wn/and/byu)  

Tags :
Kategori :

Terkait