JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi kenaikan harga atau inflasi sebesar 0,28 persen pada November 2020. Angka ini naik dari inflasi pada Oktober 2020 yang sebesar 0,07 persen.
Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, laju inflasi disebabkan oleh pengaruah perubahan iklim yakni musim penghujan.
“Perkembangkan tingkat inflasi dari bulan ke bulan maupun dari tahun ke tahun, jadi di awal musim penghujan inflasi berlanjut di bulan November. Jadi ini memang perlu diwaspadai dimusim penghujan dan libur panjang beberapa waktu lalu,” ujar Setianto di Jakarta, kemarin (1/12).
Ke depan, lanjut Setianto, angka inflasi akan sangat terpengaruh dari musim hujan. Hal ini distribusi barang dari produsen ke konsumen menjadi terhambat karena faktor musim hujan.
Ia merinci, November 2020 inflasi 0,28 persen disumbang oleh adanya kenaikan harga barang seperti makanan dan minuman, yang memberikan andil sebesar 0,22 persen.
Selain kelompok makanan dan minuman, inflasi terjadi di sejumlah produk seperti tembakau, pakaian dan alas kaki, perlengkapan peralatan rumah tangga, transportasi, rekreasi, pendidikan, dan penyediaan makanan restoran.
Kemudian untuk emas perhiasan ini mengalami penurunan harga atau deflasi dengan andil minus 0,02 persen. Lalu, beras dengan andil minus 0,01 persen, dan daging sapi dengan andil minus 0,01 persen.
Terpisah, pengamat ekonomi Ryan Kiryanto mengatakan, inflasi November 2020 lebih tinggi dari bulan sebelumnya mengindikasikan konsumsi masyarakat sudah bergerak kembali. Ini seiring relaksasi PSBB di sejumlah daerah.
“Tidak ada masalah dengan daya beli masyarakat, karena masyarakat miskin pun mendapatkan bansos untuk konsumsi,” kata Ryan.
Ia memperkirakan lajua inflasi akan berlanjut pada Desember 2020. Ini karena sekarang masaryakat sudah berani ke luar rumah, bepergian, ke kantor, dan traveling. Aktivitas ini berdampak pada kenaikan konsumsi yang meyebabkan terjadi inflasi.
“Mudah mudahan inflasi masih terjadi di Desember karena secara musiman inflasi di Desember biasanya tinggi karena ada perayaan Natal dan Tahun Baru. Saya perkirakan inflasi Desember lebih tinggi dibanding Oktober dan November 2020,” pungkasnya. (din/fin)