BUNGURSARI – Meski kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka belum bisa dipastikan terselenggara dalam waktu dekat. Pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya diminta menyiapkan kelayakan bangunan gedung di samping protokol kesehatan.
Sebab, selama proses pembelajaran daring beberapa waktu terakhir, tentunya ruang kelas kerap kosong dan bangunannya rentan lapuk. Hal itu, terjadi di SMPN 16 Kota Tasikmalaya Kelurahan Sukarindik Kecamatan Bungursari.
Sejumlah 4 lokal ruangan sekolah kondisinya memprihatinkan dengan langit-langit berlubang dan atap yang nyaris ambruk. “Tadi pagi saya mengecek ke sekolah tersebut, da nada 4 lokal ruangan kondisinya repot sekali. Sampai ada yang ditopang bambu, karena bagian atapnya sudah mau ambruk,” kata Wakil Ketua DPRD Kota Tasikmalaya Muslim MSi kepada Radar Tasikmalaya ( Radar Cirebon Grup), Kamis (14/1).
Menurutnya, ruangan kelas yang selama pandemic Covid-19 kosong tidak ada aktivitas KBM. Tentunya membuat udara di dalam bangunan lembab, berjamur dan rentan dihinggapi rayap serta jamur. Otomatis, akan memperpendek usia bangunan ketika jarang digunakan beraktivitas. “Kita ketahui, anak-anak kita itu belajar daring di rumah hampir satu tahun selama pandemi. Maka ini perlu diantisipasi, sebab tidak menutup kemungkinan di sekolah lain terjadi hal yang sama,” tuturnya seperti dikutip dari Radar Tasikmalaya (Radar Cirebon Grup).
Politisi PDIP itu menjelaskan berdasarkan keterangan pihak sekolah, 4 ruang kelas di sekolah itu nyaris tidak pernah direhabilitasi setelah beberapa tahun lamanya didirikan.
Otomatis, kosongnya ruangan karena tidak ada aktivitas ditambah cuaca terbilang ekstrem belakangan ini, mempengaruhi kekuatan konstruksi bangunan. “Kita tidak ingin saat nanti KBM tatap muka dimulai, peserta didik malah dalam bahaya karena ruangan kondisinya memprihatinkan,” ujarnya.
“Maka kita berencana menganggarkan supaya segera direhabilitas. Tadi pun Dinas Pendidikan turut berkunjung bersama kami ke sana. Semoga secepatnya bisa ditangani,” sambung Muslim.
Ia pun menegaskan eksekutif supaya memperhatikan hal-hal tersebut. Khawatir, ketika bangunan kelas dibiarkan lama kosong kemudian diisi kembali saat KBM tatap muka diberlakukan, justru timbul persoalan baru. “Maka kita upayakan rehabilitasi Rp 200 juta untuk pengecatan, atap, dan lain-lain. Estimasi kami cukup insya allah agar bangunan segera aman ketika nanti mau dipergunakan,” harapnya. (igi)