Inflasi Terbesar Kedua Sepanjang Sejarah

Minggu 04-08-2013,12:11 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

KESAMBI- Angka inflasi Kota Cirebon di bulan Juli tercatat mencapai 3,24 persen. Angka ini merupakan rekor terbesar kedua setelah Juni 2008, yakni 3,3 persen. Inflasi ini juga menambah keyakinan, di mana bulan Juli adalah bulan inflasi untuk Kota Cirebon, setelah lima tahun berturut-turut menghadapi situasi yang sama. Kepala Seksi Distribusi Badan Pusat Statistik Kota Cirebon, Nur Hidayat memperingatkan, imbas terjadinya inflasi adalah penurunan daya beli masyarakat. \"Inflasi yang tinggi ini jelas berpengaruh terhadap daya beli masayarakat,\" ungkap Nur, kepada Radar, Jumat (2/8). Jika sudah demikan, lanjut Nur, maka hal ini juga bisa membuat capaian pertumbuhan ekonomi yang sudah naik dalam beberapa tahun terakhir, bisa terus mengalami penurunan bila tak cepat ditanggulangi oleh pemerintah. Adanya inflasi ini, lanjut Nur, bisa saja menurunkan daya beli. Tapi juga bisa saja tak berpengaruh, karena terjadi perubahan standar ekonomi di masyarakat. Misalnya saja, harga naik akan memunculkan ketertarikan produsen untuk berinvestasi dengan menjangkau pangsa pasar masyarakat yang mampu dan konsumtif. Sementara untuk masyarakat yang tidak mampu, mereka akan mencoba mencari alternatif barang dan jasa yang lain. Sehingga dalam hal ini, pemerintah dan para pengusaha harus jeli menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat golongan yang tidak mampu tersebut. \"Tapi kalau pemerintah dan masayarakatnya tidak kreatif dan bahkan cenderung skeptis dan apatis, maka pertumbuhan ekonomi kita bisa terus merosot,\" ungkapnya. Agar diketahui, angka inflasi tahun kalender sudah mencapai 6,86 persen. Sementara target inflasi tahun kalender pemerintah targetnya tidak boleh melebihi antara lima sampai enam persen. Artinya angka ini sudah melebihi target, ini belum dihitung lima bulan ke depan. Dikatakan, banyak para pengamat ekonomi meras pesimistis mencapai target. Hal ini mengingat di bulan Agustus dan Sepetember diprediksi angka inflasi akan terus meningkat. \" Agustus terjadi kenaikan harga menjelang Idul Fitri dan bertambah tingginya biaya sekolah di awal tahun ajaran baru ikut memiliki andil menaikan angka inflasi,\" tuturnya. Dijelaskan, Juli ini, dari 156 komoditas barang dan jasa mengalami perubahan harga setelah pemerintah menaikan BBM bersubsidi. \"Lima komoditas yang paling berandil dalam menaikan inflasi adalah harga bensin, bawang merah, angkutan umum, beras, dan daging ayam,\" ungkapnya. Kenaikan BBM Faktor Penyumbang Terbesar Kenaikan harga bahan bakar minyak khususnya premium memberikan andil yang besar terhadap laju inflasi di Kota Cirebon pada bulan Juli. Selain bensin menjadi penyumbang inflasi terbesar, kendaraan dalam kota pun turut masuk ke dalam lima besar komoditi penyumbang laju inflasi di Kota Cirebon. Badan Pusat Statistik Kota Cirebon menempatkan, bensin menjadi komoditi penyumbang inflasi terbanyak, yaitu 0,63 persen. Kemudian bawang merah sebesar 0,50 persen, angkutan dalam kota sebesar 0,27 persen, beras 0,19 persen dan daging ayam ras sebesar 0,19 persen. Itu artinya, sejumlah bahan pokok dan juga kebutuhan dasar akan transportasi menjadi komoditi penyumbang inflasi terbanyak di Kota Cirebon pada bulan Juli. “Pada bulan Juli, Kota Cirebon kembali mengalami inflasi sebesar 3,24 persen, dengan komoditas yang memberikan andil terbesar adalah bensin, bawang merah, angkutan dalam kota, beras dan daging ayam,” ujar Kepala BPS Kota Cirebon, Imron Budianto. Dikatakannya, naiknya inflasi pada bulan Juli disebabkan bulan Ramadan. Tidak hanya Cirebon, kata dia, seluruh kota di Jawa Barat bahkan Indonesia pun mengalami inflasi di bulan yang sama. “Untuk inflasi tertinggi di Jawa Barat terjadi di Kota Depok, yakni sebesar 4,58 persen, sementara inflasi terendah dialami oleh Kota Tasikmalaya sebesar 2,84 persen,” tukasnya. ((jml/kmg) GRAFIS PERBANDINGAN INFLASI BULANAN TAHUN 2009-2013 DI BULAN JULI Tahun                   Angka Inflasi 2009                       0.08 persen 2010                       1.17 persen 2011                       0.75 persen 2012                       1.81 persen 2013                       3.24 persen

Tags :
Kategori :

Terkait