Kebanyakan antrenya cepat. Yang kondang bisa sampai satu jam. Yang superkondang bisa berjam-jam. Snow\'s termasuk yang paling panjang.
Karena antre berjam-jam, kami jadi akrab dengan orang-orang di sekitar antrean kami. Pasangan di depan kami datang dari kawasan Houston. Berangkat pukul 04.00 pagi, naik mobil tiga jam dari arah selatan hanya untuk ke Snow\'s. Depannya lagi sekelompok bapak-bapak penggemar BBQ asal Austin. Depannya lagi pasangan suami istri asal Dallas, sekitar tiga jam lagi dari arah utara.
Tahu kami dari luar Texas, mereka dengan sangat ramah, dan penuh canda, bercerita tentang pentingnya BBQ di Texas. Tahu kami akan ke arah Kansas dan akan mampir ke Kansas City, mereka dengan antusias menceritakan bedanya BBQ Texas dengan di Kansas City. Khas orang Amerika kawasan tengah. Ramah-ramah dan suka ngobrol.
\"Kalau di Kansas City, saus dianggap menentukan. Dan di sana yang ditonjolkan pork-nya. Kalau di Texas, it\'s all about the beef (yang paling utama adalah daging sapi). Yang paling penting adalah cara mengasapnya. Saran saya, kalau nanti makan, pastikan gigitan pertama tanpa saus sama sekali!\" kata salah satu dari mereka.
Mereka lantas menyarankan tempat-tempat lain untuk dikunjungi. Misalnya Franklin\'s di Austin. \"Antrenya panjang, tapi tidak sepanjang ini. Dan mereka buka setiap hari. Saran saya, datang di hari kerja, datang sejak pukul 08.00 pagi. Kamu akan sudah selesai makan pada tengah hari,\" jelasnya.
Kemudian, mereka berdebat sendiri tentang daging bagian apa yang enak, lalu plus dan minus setiap menu di tempat-tempat lain itu. Benar-benar penggemar BBQ!
Sambil menunggu dan bergerak bertahap itu, Kerry sesekali berjalan menyapa orang-orang di antrean. Dengan logat khas kawasan itu. \"Ngomongnya seperti Mater (karakter di film animasi Cars, Red),\" celetuk Johnny Ray.
Kerry keliling untuk menghitung jumlah orang. Juga melakukan undian. Setiap orang punya nomor antrean. Yang depan ada kertas bernomornya, yang belakang seperti kami berdasarkan kejujuran. Jadi, kami antrean nomor 341. Secara berkala, Kerry melakukan undian, nomor beruntung langsung maju memotong ke depan! Seru dan lucu!
Semakin siang, Kerry keliling untuk mengingatkan dan \"menghibur\" mereka yang antre. Mengingatkan kalau antrean yang di belakang ini mungkin akan kehabisan menu-menu tertentu. Jadi kalau ingin menu yang itu, mungkin sia-sia untuk terus antre. Dia sangat hafal, antrean nomor sekian mungkin hanya akan dapat apa. Menu terakhir yang akan tersisa adalah daging sosis. Ayam bakal habis duluan. Sedangkan yang paling dikejar adalah ribs (iga) dan brisket (sandung lamur).
Semakin dekat kami ke depan, semakin degdegan rasanya. Takut kehabisan. Sesekali, antrean berteriak (lucu) bersama di bagian depan. Yaitu setiap kali staf Snow\'s menuliskan menu yang habis di papan tulis.
Pukul 11.48, semua \"sides\" (menu samping) seperti cole slaw dan potato salad habis. Pukul 11.58, ayam habis. Pukul 12.50, ribs habis!
Ketika kami antre di teras, makin degdegan. Benar saja, empat antrean di depan kami mengambil begitu banyak brisket. Memang tidak dibatasi mau beli apa saja dan berapa banyak.
Tapi tiga antrean depan kami ini orangnya punya solidaritas. Saling menyisakan brisket. Termasuk pada kami. Walau pada dasarnya hanya dapat sosis (pedas dan original), ketika duduk di meja, pasangan dari Dallas itu membagikan brisket mereka untuk kami. \"Kalian harus ikut merasakan,\" kata yang perempuan.
Alangkah baik hatinya!
Seperti apa rasanya? Kami sepakat brisket-nya memang luar biasa. Empuk, juicy, dan tidak perlu saus. Dan kami punya pembanding, walau minimal. Yaitu saat makan BBQ lain di Austin beberapa hari sebelumnya.
Saat makan, kami sudah melewati fase lapar. Sudah lewat pukul 14.00. Saking lamanya antre, kami sudah melewatkan makan pagi dan makan siang. Hanya diganjal donat dan cemilan Cheetos saat antre. Jadi, sosis yang sisa kami bungkus, kami cicil makan di jalan atau di kota berikutnya. Kami memang pesan terlalu banyak sosis. Satu karena lapar mata, dua karena gelap mata.