Adanya Polmak adalah Hal yang Wajar, Termasuk untuk Keraton Kasepuhan

Minggu 06-06-2021,08:00 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

CIREBON - Keberadaan polmak adalah hal yang wajar terjadi, termasuk dalam sejarah Kesultanan Cirebon maupun Keraton Kasepuhan. Hal itu diungkapkan, Muhtar Zaedin, Ahli Naskah Kuno Cirebon.

Muhtar mengungkapkan, perpindahan kekuasaan pada dasarnya harus dilandasi asas manfaat. Seperti yang dilakukan Pangeran Cakrabuana kepada Sunan Gunung Jati.

\"Pada saat itu, Pangeran Cakrabuana sudah memiliki anak laki-laki yakni Pangeran Carbon. Tetapi memilih Sunan Gunung Jati yang merupakan menantunya,\" tutur dia, saat ditemui di Komplek Keraton Kasepuhan.

Diungkapkan dia, secara kapasitas Pangeran Arya Carbon sangat mumpuni. Beliau adalah panglima perang Cirebon. Sejajar dengan Adipati Sarwajala atau Ki Gede Bungko. Di bawah komando Adipati Keling.

Pada saat itu, diperistiwa 1527 pemberangkatan pasukan aliansi Cirebon dan Demak. Dan aliansi ini dipimpin Adipati Keling.

\"Pangeran Carbon bersama-sama Fatahilah melawan Portugis,\" tuturnya.

Namun Sunan Gunung Jati dianggap lebih mumpuni dan senior. Bahkan wawasannya sudah internasional. Dari sisi keagamaan, juga sudah mencapai derajat wali.

Karena itu, Pangeran Cakrabuana menyerahkan takhta Kerajaan Pakungwati kepada Sunan Gunung Jati. Walaupun statusnya seorang menantu.

Dari studi kasus itu, asasnya berdasarkan kemampuan. Bukan keturunan.

Contoh lainnya, Adipati Unus menyerahkan takhta ke Sultan Trenggono. Ketika itu memang ada polemik. Tetapi justru terjadi kesuksesan luar biasa. Bahkan membentuk aliansi Cirebon dan Demak.

Terkait polemik Sultan Sepuh, disarankan berembuk. Tinggal dirumuskan yang bermanfaat bagi Cirebon seperti apa.

Ketika dalam musyawarah keluarga diputuskan, tinggal disepakati. Siapa yang paling membawa manfaat untuk Cirebon ke depan.

\"Saya tidak berpolemik dengan siapapun, saya hanya menyampaikan pandangan. Bisa diterima, bisa juga tidak,\" tuturnya. (rdh)

Baca juga:

Tags :
Kategori :

Terkait