ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) menyesalkan negara-negara kaya yang melakukan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster. Padahal negara-negara miskin dan berkembang masih kekurangan stok vaksin. Kesenjangan yang semakin melebar antara tingkat inokulasi di negara-negara kaya dan miskin menjadi salah satu perhatian utama WHO.
Negara-negara berpenghasilan tinggi memberikan sekitar 50 dosis untuk setiap 100 orang pada Mei, dan jumlah itu meningkat dua kali lipat menurut WHO. Negara-negara berpenghasilan rendah hanya mampu memberikan 1,5 dosis untuk setiap 100 orang, karena kurangnya pasokan.
Ketika beberapa negara kaya telah memulai atau akan mulai memberikan suntikan vaksin Covid-19 kepada orang yang divaksinasi penuh untuk melindungi mereka terhadap varian Delta, Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan moratorium untuk menunda booster hingga setidaknya akhir September.
“Dengan melakukan itu, vaksin dapat didistribusikan kembali dan memungkinkan setidaknya 10 persen dari populasi setiap negara divaksinasi,” kata Tedros.
Menjawab teguran WHO, Presiden Xi Jinping justru berjanji memberikan 2 miliar dosis vaksin Covid-19 ke negara lain pada 2021. Tiongkok juga akan menyumbangkan USD 100 juta untuk program distribusi vaksin global COVAX untuk negara-negara berkembang.
“Tiongkok akan terus melakukan yang terbaik untuk membantu negara-negara berkembang mengatasi pandemi,” kata Xi.
Pada KTT Kesehatan Global yang digelar Mei, Xi mengatakan Tiongkok telah memberikan 300 juta dosis vaksin ke lebih dari 80 negara, bantuan USD 2 miliar untuk penanggulangan pandemi, dan pemulihan ekonomi negara-negara berkembang. Xi juga menawarkan bantuan internasional senilai USD 3 miliar dalam tiga tahun ke depan kepada negara-negara berkembang.(jp)