CIREBON- Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporbudpar) Kota Cirebon Drs Hayat MSi mengapresiasi banyak perusahaan yang berminat mengikuti pelelangan aset pariwisata terbesar di Kota Cirebon, Taman Ade Irma Suryani (TAIS). Saat ini ada sekitar 13 perusahaan swasta yang mendaftar menjadi peserta lelang TAIS. Menurut Hayat, perusahaan mana pun yang akan menjadi pengelola TAIS diharapkan bisa menjadikan kembali TAIS sebagai andalan wisata hiburan di Kota Cirebon. \"Kami mengucapkan syukur, ternyata banyak peminat yang ingin mengembangkan TAIS. Saya rasa perusahaan manapun yang akan jadi pengeloa, tidak masalah. Syukur-syukur dikelola oleh perusahan yang dimiliki oleh putra daerah asli Kota cirebon,\" ungkap Hayat, Senin (23/9). Sebagai salah satu OPD yang bertanggung jawab atas maju dan mundurnya pariwisata di Kota Cirebon, disporbudpar dan Pemkot Cirebon saat ini melakukan pengkajian agar potensi TAIS bisa lebih maksimal. \"Harapan kita TAIS bisa lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya,\" ucapnya. Pihaknya siap melakukan pengawasan dan pembinaan dalam pengelolaan TAIS ke depan. Termasuk melakukan koordinasi kepada pihak pemenang tender. Ia mengimbau agar para kontestan lelang bisa mengaplikasikan kajian-kajian pemerintah dalam pengelolaan TAIS. Secara langsung, Hayat pun menitipkan agar TAIS bisa menjadi tempat wisata yang juga menampilkan seni dan budaya Cirebon. \"Bila sudah ada pemenang, kita akan lakukan komunikasi dengan perusahaan tersebut supaya TAIS bisa menjadi tempat yang bisa menampilkan seni dan budaya Cirebon,\" tukasnya. DEPOSIT BOX MESTINYA 5 MILIAR Sementara itu, permintaan pemkot kepada peserta lelang optimalisasi TAIS dan dan Gedung Wanita (GW) untuk deposit box minimal sebesar Rp1,8 miliar ternyata dianggap terlalu kecil. Dengan nilai investasi yang besar, Pemkot Cirebon diminta untuk menaikkan deposit box tersebut. Politisi PDIP, Imam Yahya menganggap deposit box Rp1,8 miliar terlalu kecil. Seharusnya pemkot berani menaikkan posisi tawar deposit box di atas angka Rp5 miliar. Jika itu dilakukan, menunjukkan adanya keseriusan pemkot dalam mengoptimalisasi TAIS dan GW. Dia juga meminya Pemkot Cirebon benar-benar selektif dalam menentukkan investornya. Jangan sampai pemenang lelang jatuh pada institusi atau perusahaan abal-abal. “Supervisi dan evaluasi harus terus menerus dilakukan dalam mengawasi proses penentuan lelang (pemenang) sampai dengan pelaksanaannya,” kata pria yang juga berprofesi sebagai kontraktor. Proses pendampingan dan evaluasi, kata Imam, mutlak dilakukan agar hasilnya nanti bisa sesuai target pemerintah dan harapan masyarakat Kota Cirebon pada umumnya. Jangan sampai dua aset potensial ini kembali terbengkalai atau tak dimanfaatkan dengan baik. “Maka dari itu, pemenangnya harus benar-benar institusi yang mampu menerjemahkan kehendak pemkot dan keinginan masyarakat,” pesannya. Terpisah, Direktur The Humen Institute Umar Stanis Clau mengatakan, yang paling terpenting saat ini adalah kedua aset itu segera dioptimalkan. Apa yang sedang dikerjakan adalah langkah cepat Ano-Azis untuk tujuan tersebut. “Langkah pemkot ini tentu perlu kita apresiasi, kalau kedua aset itu sudah hidup, akan memberi warna baru bagi Kota Cirebon,” tandasnya. Umar juga mengingatkan kepada tim seleksi lelang untuk bisa bersikap profesional dalam menyeleksi peserta yang berminat atas kedua aset tersebut. Karena yang paling utama saat ini adalah konsep marketable dan bisa mendongkrak PAD (pendapatan asli daerah) Kota Cirebon. Mantan aktivis GMNI ini juga mendesak Ano-Azis untuk terus berkreasi agar wajah Kota Cirebon ke depan lebih menarik dikunjungi banyak orang. Karena setelah dua aset ini, masih ada aset lain yang terbengkalai seperti Pasar Balong, Pasar Talang, dan Pujamari. (jml/abd)
Disporbudpar Apresiasi Lelang TAIS
Kamis 26-09-2013,13:59 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :