Opor Bandara

Minggu 21-11-2021,11:00 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

Hanya Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah yang tampak hebat: memperbaiki jalan negara dengan biaya kabupaten. Yakni perbaikan jalan besar antara Bojonegoro-Babat.

Di Randublatung saya harus memberikan pandangan: madrasah Pesantren Sabilil Muttaqin ini harus berkembang membangun perguruan tinggi atau berkembang membangun madrasah internasional.

Meskipun pembina, saya hanya memberikan pilihan-pilihan. Terserah saja mau diputuskan yang mana.

Alifa Nur Fitri, pimpinan madrasah di Randublatung itu, saya nilai sangat mampu membuat keputusan terbaik untuk daerah miskin itu.

Dari Randublatung saya menuju Blora: ke rumah Pramoedya Ananta Toer.

“Lho, ke sini lagi,” sapa Soesilo Toer. Ia masih sangat sehat. Pendengaran dan penglihatannya masih sangat baik: umurnya 85 tahun. Ia masih terus menerbitkan buku baru. Juga masih bisa bercanda: “Saya ini sudah memenangkan nobel,” katanya. “Pramoedya kan baru diusulkan. Saya sudah mendapatkannya. Sekaligus tiga nobel,” tambahnya.

Yang dimaksud nobel oleh Soes ternyata noni Belanda. Bukan berarti Soes pernah mendapatkan tiga nona Belanda sekaligus. Tiga nobel yang ia maksud adalah: Nona Belanda, nona Belgia, dan nona Belarusia.

Soesilo Tour, adik Pram, memang lama di Rusia. Sampai mendapat gelar S-3. Selama di sana juga keliling Eropa. Ia baru pulang ke Indonesia tahun 1973 –langsung ditangkap.

Dari Blora saya ke Rembang. Lewat hutan jati lagi. Tapi sang bupati masih harus promosi satu kuliner lainnya: sate kambing Daman. Dekat Alun-Alun Blora. Ampun-ampun larisnya. Satu hari sampai memotong empat kambing. Ada juga sate ayam: 40 ekor ayam sehari.

“Gaji bupati kalah dengan penghasilan dia,” ujar sang bupati. Yang ditunjuk senyum-senyum: wanita pemilik warung sate itu.

“Bukan hanya gaji bupati. Bupati dan wakilnya Di jumlah pun masih kalah,” ujar Tri Yuli Setyowati, wakil bupati Blora yang ikut nimbrung di warung sate itu.

Pak Bupati Blora baru 36 tahun. Wakil bupatinya baru 43 tahun. Itulah pasangan PKB dan PDI-Perjuangan.

Jalur Blora-Rembang itu ternyata melewati makam RA Kartini. Kami pun ziarah ke makam ibu kita itu. Saya juga akan menuliskannya. Belum hari ini. Terutama karena saya bertemu dengan cucu suami RA Kartini yang baru pulang dari New York. Yakni setelah hampir 50 tahun ia tinggal di sana.

Di Rembang saya salat Magrib di masjid pondoknya Gus Mus (KH Mustofa Bisri), Ponpes Raudlatut Thalibin. Ternyata kami tidak boleh masuk masjid: sejak pandemi orang luar memang dilarang masuk masjid pondok. Saya kagum dengan disiplin prokes itu. Kami pun dipersilakan salat di salah satu ruang di pondok itu.

Habis salat kami sowan ke Gus Mus. “Kami pondok terakhir yang mengaktifkan diri setelah Covid-19 mereda,” ujar Gus Mus. Itu pun belum 100 persen.

“Sejak pandemi Gus Mus pernah naik pesawat?” tanya saya.

Tags :
Kategori :

Terkait