Diduga, Santriwati di Bogor Jadi Korban Pelecehan Seksual Oleh Oknum Santri yang Belum Diketahui Identitasnya

Rabu 08-12-2021,18:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

“Sepintas anak saya melihat ciri-ciri orangnya itu rambutnya dikuncir dibagian atas, memakai kaos hitam dengan tulisan dibagian belakang dengan warna hitam dan putih serta memakai sarung warna hijau kotak-kotak,” ucapnya.

Setelah orang tersebut berlari keluar meninggalkan kamarnya, SZA mencoba membenarkan baju yang dikenakannya. Sungguh tak disangka, kancing baju yang dikenakannya sudah terbuka hingga bagian perut.

Disitu, SZA tidak berani untuk melanjutkan tidurnya. Dia hanya bisa menangis sambil menunggu teman-temannya terbangun.

“Jam setengah 4 teman-temannya udah ada yang mulai bangun dan disitu karena merasa udah aman anak saya sempat tertidur sebentar,” imbuh dia.

Tak lama, dilanjutkan Parlindungan, anaknya dibangunkan rekan sekamarnya dengan tujuan mengajak solat Subuh bersama. Dari situlah, ia bercerita kepada rekannya atas kejadian yang dialaminya tersebut.

“Beberapa temannya juga ada yang mengaku melihat dan mendengar ada seseorang yang masuk lingkungan kamar santriwati,” ungkap dia.

“Bahkan jendela kamar ada yang terbuka, lemari santriwati berantakan, ada jejaki kaki di luar bahkan ada yang kehilangan uang dan makanan,” sambungnya.

Kemudian, dikatakan Parlindungan, para santriwati ini melaporkan kejadian yang dialaminya kepada salah satu pengajar yang ada di Ponpes tersebut.

“Setelah melapor anak saya dan teman-temannya dipanggil untuk dimintai keterangan. Setelah itu, mereka kembali beraktivitas dengan rasa was-was,” bebernya.

Namun bukannya mendapatkan ketenangan, disambung Parlindungan, selang beberapa hari ada pengumuman dari pihak Ponpes yang meminta para santriwati, khususnya kelas 7 agar tidak menceritakan kejadian dugaan pelecehan seksual tersebut kepada orangtuanya masing-masing.

Dengan alasan, persoalan ini tengah diurus pihak Ponpes dan agar tidak menjadi panik bagi santriwati lainnya.

Berdasarkan cerita itu, Parlindungan mengaku langsung meminta bertemu dengan pimpinan Ponpes untuk membicarakan kejadian yang dialami anaknya tersebut.

“Sekitar tanggal 14 November akhirnya kami bertemu dengan salah satu pimpinan Ponpes untuk mengadukan kejadian yang dialami anak kami. Kemudian disarankan untuk datang kembali tanggal 19 November untuk bertemu pimpinan Ponpesnya,” kata dia.

Karena merasa percaya pihak Ponpes akan memperketat pengawasan di lingkungannya, diteruskan Parlindungan, ia bersama istrinya mengantarkan lagi SZA ke Ponpes untuk belajar seperti biasa pada 15 November. Sembari menunggu pertemuan dengan pimpinan Ponpes untuk membahas dan meminta pertanggungjawaban atas kejadian yang dialami anaknya.

Namun pada saat waktu pertemuan tiba, Parlindungan tidak mendapati pimpinan Ponpes hadir dalam pertemuan tersebut. Bahkan, karena ketidaktenangan ia bersama istrinya, keduanya memutuskan untuk menjemput anaknya kembali pada 24 November.

“Kami tidak puas dan tidak menerima, karena sepertinya pihak Ponpes tidak menanggapi masalah anak saya dengan serius, maka kami menjemput anak kami kembali ke rumah,” imbuhnya.

Tags :
Kategori :

Terkait