BANDUNG – Jengkol yang selama ini identik penghasil bau mulut dan bau urine apabila dikonsumsi, ternyata memiliki nilai tambah yang tinggi.
Pasalnya, pasar luar negeri banyak yang meminati, sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Jawa Barat.
Hal tersebut diketahui saat Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melepas ekspor perdana buah-buahan dan fesyen muslim ke Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), yang notabene tindak lanjut dari event Dubai Expo beberapa waktu lalu.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendapatkan permintaan dari Epicstar Groip selaku buyer dari Dubai dengan rincian buah manggis 600 kilogram, rambutan 300 kilogram, salak 200 kilogram dan jengkol 50 kilogram.
Selain produk buah-buahan dilakukan juga ekspor produk fesyen muslim seperti sarung, baju muslim, peci, hingga mukena.
Menariknya, permintaan dari Dubai ini disanggupi oleh Koperasi Pesantren Al-Ittifaq. Sedangkan untuk produk fesyen lainya yang diekspor dipenuhi oleh Koperasi Pesantren Daarut Tauhid.
Ridwan Kamil menaruh perhatian pada salah satu komoditas yang diekspor, yakni jengkol. Gubernur bilang Jawa Barat bisa menjengkolkan masyarakat global termasuk Dubai, UAE. Apalagi jengkol menjadi salah satu komoditas unggulan Jawa Barat.
\"Ekspor jengkol ini juga penting untuk mengjengkolkan masyarakat dan memasyarakatkan jengkol ke seluruh dunia. Kita ekspor ke Dubai hasil lobi-lobi yang kami lakukan saat Dubai Ekspo,\" kata Ridwan Kamil saat melepas perdana ekspor jengkol hingga Manggis di lapangan Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (13/12/2021).
Berdasarkan data BPS tahun 2019, produksi buah jengkol di Jawa Barat mencapai 16.110 ton. Selain jengkol, buah manggis juga merupakan salah satu komoditas andalan ekspor dari sektor pertanian.
Apalagi, Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil utama buah manggis di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, produksi buah manggis Jawa Barat menjadi yang terbesar di Indonesia dengan angka 90.269 ton.
Daerah unggulan produksi manggis antara lain, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bogor, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang dan Sukabumi.
Ridwan Kamil menambahkan, ekspor ini juga menjadi langkah awal agar pesantren di Jawa Barat bisa mewujudkan kemandirian ekonomi. Kegiatan ini juga menjadi bukti bahwa produk-produk pesantren bisa dijual ke pasar dunia.
\"Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Sehingga suatu hari, mimpi pesantren-pesantren di Jawa Barat itu mandiri penuh dengan kemandirian ekonomi akan terwujud. Dunia itu sangat luas tidak hanya dijangkau oleh level kabupaten atau provinsi atau nasional pasar itu seluas dunia ini,\" kata pria yang disapa Kang Emil.
Dia pun meminta agar kegiatan ekspor ini tidak berhenti sampai di sini. Perlu ada perluasan pasar ke negara-negara lainya agar semakin banyak produk-produk termasuk pesantren di Jawa Barat yang bisa mendunia.