Gula; Antara Manfaat, Kebutuhan, dan Batasan Penggunaan

Senin 27-12-2021,16:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

Selama ini gula menjadi faktor yang dipermasalahkan dalam kasus diabetes dalam dunia kesehatan. Kandungan gula dianggap menjadi biang keladi utama penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah. Tidak hanya itu, dampak negatif yang ditimbulkan gula ini bahkan turut menjadi salah satu landasan rencana pemerintah mengenakan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan.

==========================

AHLI Gizi dan Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia Prof Dr Ir H Hardinsyah MS menjelaskan bahwa konsumsi makanan hanya merupakan sebagian penyebab beberapa kondisi kesehatan seperti indeks masa tubuh yang besar, tekanan darah, kolesterol, dan interglukosa. Prof Hardinsyah menegaskan setidaknya ada 8 (delapan) faktor penyebab utama penyakit diabetes, termasuk di antaranya faktor genetik, usia, hingga gangguan hormon insulin.

“Gula hanya sebagian kecil dari karbohidrat yang ada. Bahwa gula berhubungan dengan diabetes iya, tetapi tidak berarti menjadi penyebab utama,” paparnya dalam diskusi kesehatan seputar konsumsi gula yang digelar Forum Wartawan 62 (FORWAR 62) bersama media, Kamis (23/12).

Lebih jauh Prof Hardin menegaskan, penyebab utama penyakit gula yang disebut diabetes paling tidak ada 8 (delapan) faktor penyebab, meskipun ada beberapa yang terkait dengan makanan. Berbagai hal, mulai dari faktor genetik, usia, hingga adanya gangguan hormon insulin, dapat menjadi penyebab diabetes mellitus.

Prof Hardin menjelaskan secara ilmu gizi, gula merupakan karbohidrat, baik yang berupa glukosa, sukrosa, fruktosa. “Kalau punya indeks masa tubuh yang besar, tak hanya faktor makanan yang menjadi penyebab suatu penyakit,” katanya.

“Untuk interglukosa, bisa juga karena pankreasnya rusak karena inflamasi dan sebagainya. Jadi faktor makanan itu hanya sebagian. Dan apalagi jika berbicara gula, gula itu hanya sebagian kecil dari karbohidrat yang ada. Bahwa gula berhubungan dengan diabetes iya, tetapi tidak berarti menjadi penyebab utama,” tambahnya.

2

Dalam kesempatan yang sama, Dokter Ahli Penyakit Dalam RS Murni Teguh Sudirman Dr Reta SpPD menjelaskan, gula merupakan sumber energi untuk otot dan otak. Selain itu, gula juga berfungsi dalam pembentukan kolagen, elastin yang diperlukan untuk kulit.

“Gula diperlukan untuk mengatur metabolisme, termasuk untuk menjaga suhu tubuh. Gula juga berfungsi dalam pembentukan kolagen, elastin yang diperlukan untuk kulit. Jika kekurangan gula, otak akan kurang bekerja, menjadi kurang konsentrasi, kurang koordinasi, dan menjadi mudah pusing,” ungkapnya.

Berdasarkan pemaparan Dr Reta, gula memiliki manfaat antara lain meningkatkan fungsi otak dan sumber energi

otak berperan aktif dalam tubuh. salah satunya untuk mengerjakan aktivitas sehari-hari.

Organ ini sangat penting bagi tubuh dan kesehatan.  Jika pikiran sedang kacau, tak bisa berfikir tentang pekerjaan, biasanya hal ini telah disebabkan karena kurang mengkonsumsi gula. Kandungan gula sudah dipercaya sejak dulu, dalam meningkatkan energi.

Kedua, membantu mengatasi stres. Manfaat lainnya dari gula adalah untuk membantu meningkatkan fungsi dari otak yang nantinya bisa membuat pikiran menjadi lebih tenang. Untuk yang sedang merasakan depresi, konsumsi kandungan ini merupakan hal yang baik dalam membantu mengatasi stres.

Ketiga, meningkatkan tekanan darah. Banyak cara untuk membantu meningkatkan tekanan darah, salah satunya dengan mengonsumsi gula yang bisa membantu meningkatkan tekanan darah yang rendah. Keempat, sugar therapy. Banyak para ahli ilmu kedokteran yang percaya bahwa kandungan dari gula dapat membantu mengobati berbagai macam penyakit.

Kendati gula memiliki banyak manfaat, Prof Hardinsyah dan Dr Reta juga menjelaskan bahwa konsumsi gula yang berlebih dapat meningkatkan risiko kelebihan asupan energi dan gangguan kesehatan, sehingga konsumsinya harus tetap dibatasi. “Berapa batasannya? ada yang menyarankan kurang dari 20% (dari total konsumsi), terakhir menyatakan 10%. Kalau yang kurang dari 5% itu evidennya lemah,” tutur Prof Hardinsyah.

Tags :
Kategori :

Terkait