KEBEBASAN berbicara dan kebebasan media di Afghanistan dinilai semakin memprihatinkan sejak Taliban kembali menguasai negara pada pertengahan Agustus lalu.
Menurut yayasan Home of Freedom of Speech, media dan jurnalis di Afghanistan telah kehilangan \"kemerdekaan\". Mereka juga disensor secara sistematis oleh otoritas de facto di Kabul yang dikendalikan oleh Taliban.
\"Media dan jurnalis Afghanistan telah ditekan oleh intelijen Imarah Islam Afghanistan. Mereka ingin mengubah media menjadi platform propaganda. Intelijen telah berhasil melakukannya sampai batas tertentu karena mereka menggunakan metode yang berbeda sebagai ancaman, kekuatan, dan tekanan\" kata yayasan tersebut pada Senin (17/1).
BACA JUGA:Dorna Sport Ancam Batalkan MotoGP Mandalika, Indonesia Marah, Respons Bang Sandi Tegas
Yayasan itu menjelaskan, Taliban telah \"mengunjungi\" kantor berita media dan meminta para jurnalis untuk meliput berita yang menguntungkan mereka karena kelompok tersebut berkuasa.
Akibatnya, sebagian besar jurnalis terkemuka di Afghanistan terpaksa menanggalkan jabatannya karena tidak ingin menjadi propaganda Taliban.
Dikutip Khaama Press, yayasan tersebut juga meminta Imarah Islam Afghanistan untuk menghentikan tindakan sensor media dan menekan jurnalis. Yayasan juga mendorong media internasional untuk melindungi kehidupan para jurnalis.(rmol)