Hacker Serang Situs Kepolisian Australia

Sabtu 23-11-2013,08:04 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

JAKARTA - Panasnya hubungan Indonesia dan Australia merembet ke dunia maya. Cyberwar terhadap Australia kembali marak setelah sempat mereda beberapa waktu lalu. Aksi hacking situs berkode au dilakukan menyusul sikap Pemerintah Australia yang enggan meminta maaf atas penyadapan terhadap Indonesia. Tidak tanggung-tangung, situs yang di-hack adalah website milik kepolisian federal Australia (AFP) dan Bank Sentral Australia. Yakni, www.afp.gov.au dan www.rba.gov.au. Serangan tersebut dilakukan 20 November lalu. Namun, yang berhasil diserang hanya situs milik AFP. Situs tersebut hingga kemarin masih down dan belum bisa diakses. Sementara itu, situs Reserve Bank of Australia memang sempat tidak bisa diakses beberapa jam pada saat diserang. Namun, kembali aktif karena bank tersebut memiliki proteksi berlapis terhadap situsnya. Klaim serangan terhadap situs kepolisian Australia dikeluarkan di Twitter oleh pemilik akun @MD_JKT48. Bunyinya, http://www.afp.gov.au Terpisah, Karopenmas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar menjelaskan, kerjasama People Smuggling dilakukan Polri dan AFP sejak tahun 2007. Kedua lembaga tersebut fokus pada penegakan hukum terhadap perkara penyelundupan manusia melalui perairan Indonesia. \"Kerjasamanya adalah saling tukar menukar informasi terkait aktivitas orang-orang yang ingin mendapat suaka politik (asylum seeker) di Australia,\" terangnya kemarin. Kedua belah pihak sepakat mencegah pencari suaka keluar dari Indonesia dan mendeportasi mereka ke negara asalnya. Dalam pelaksanaannya, Mabes Polri mendapatkan bantuan langsung dari AFP. \"Di embassy Australia di Jakarta ada atase kepolisian dari AFP. Begitu juga dengan Polri yang menempatkan atase di Canberra,\" tambahnya. Kerjasama memerangi people smuggling digagas dalam pertemuan di Bali pada 2002, yang menghasilkan kesepakatan Bali Process. Keanggotaannya terdiri dari 45 negara yang sebagian besar berada di benua Asia. Direktur Tindak Pidana ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigjen Arief Sulistyanto menjamin keamanan piranti cybercrime bantuan Australia. Peralatan milik Subdit Cybercrime Polri itu tidak terkoneksi dengan satelit maupun operator selular. \"Ini peralatan-peralatan lab dan forensik, (misalnya) untuk memunculkan sms, file yang sudah terhapus, mengambil gambar dari BlackBerry, dan fungsi lainnya,\" terangnya kemarin. Beberapa peralatan bantuan Australia adalah piranti CCIC (cyber crime investigation center) di Bareskrim dan CCISO (cyber crime investigation satellite office) yang ditempatkan di sejumlah polda. Bantuan tersebut diberikan pada 2011. Fungsi utamanya adalah mengidentifikasi dan menganalisis barang bukti yang berbentuk data digital. Piranti tersebut akan mengubah data digital menjadi bukti material. Sejumlah kejahatan macam e-mail hijacking, cracking, atau penipuan berbasis online telah berhasil diungkap melalui bantuan peralatan tersebut. Yang jelas, segala bentuk kejahatan yang barang buktinya berupa data digital bisa diungkap dengan alat tersebut. \"Kami sudah cek, Insya Allah tidak ada (penyadapan), karena tidak terkait dengan selular ataupun satelit,\" tambahnya. (byu)

Tags :
Kategori :

Terkait