Radarcirebon.com, CIREBON - Pelal muludan Cirebon tidak lepas dari cerita mistis. Dipercaya atau tidak, penulis menjadi salah satu saksi dan mengalami sendiri.
Cerita mistis jelang pelal muludan Cirebon tidak terjadi sekali. Bisa dibilang, ada saja peristiwa di masa ke masa. Boleh percaya, boleh juga tidak.
Penulis hanya menceritakan kembali cerita mistis yang kerap dialami jelang pelal muludan Cirebon. Ini menandakan, momen ritual tersebut sedemikian sakralnya.
Beberapa waktu lalu setiap memasuki bulan Mulud, Kota Cirebon didatangi ratusan ribu hingga jutaan orang pengunjung dari berbagai daerah dipulau Jawa hingga seluruh nusantara.
BACA JUGA:Kaca yang Diangkut Tronton Tumpah Tengah Jalan, Arus Lalin Dua Arah Macet
BACA JUGA:Ditetapkan Sebagai Tersangka Kasus Tragedi Kanjuruhan, Abdul Haris Angkat Bicara
Motif para pengunjung bermacam-macam, ada yang ziarah, ngalap berkah, silaturakhim para Sepuh dikraton, menikmati pasar rakyat muludan, dan berdagang.
Hingga ada yg menunggu bisa menyaksikan pelal dan "kecipratan air doa hingga mendapatkan "sega jimat" pelal muludan.
Di sisi lain para diaspora Cirebon pun selaku "tuan rumah" banyak yang mendadak pulang dari rantau ke kampung halamannya Cirebon, untuk menghormati para tamu yg datang.
Kondisi tersebut sangat terlihat di hampir semua kraton dan wilayah Cirebon lainnya, mulai kompleks Astana Sunan Gunung Jati.
BACA JUGA:Menang 2-0 Lawan Palestina, Timnas Indonesia U-17 Pimpin Klasemen Grup B Kualifikasi Piala Asia 2023
BACA JUGA:Komentar Anies Baswedan Usai Heru Budi Hartono Terpilih Sebagai Pj Gubernur DKI Jakarta
Apalagi di titik sentralnya saat itu yakni alun-alun di Cirebon khususnya yang berada di kompleks keraton Kesepuhan dan Kanoman, Kacirebon hingga jalan menuju Kaprabonan pun terlihat ramai.
Ngalap Berkah Penglarisan
Bagi sebagian besar Pedagang Muludan di Cirebon, ternyata dilatari oleh sebuah keyakinan tentang harapan adanya "berkah" ketika hadir berdagang di Muludan Cirebon sebagai tradisi turun temurun sejak Sunan Gunungjati.
Maka sugestinya untuk sebelas bulan lainnya ketika berdagang di tempat lain akan laris dan dapat untung besar.
Fenomena ini ditemukan penulis saat berbincang santai dengan para pedagang di pinggiran Kali Cipadu tahun 2005 sampai 2008.
"Dagang di muludan Cirebon berkah Pak RT, walaupun di sini sewa tanahnya naik terus dan karcis pungutannya setiap hari lebih dari 7," kata salah seorang pedagang.
"Tapi saya bisa sholat berjamaah di Masjid Agungg Sang Ciptarasa, Insya Allah berkah untuk saya yg kerjanya cuma dagang demi menafkahi keluarga," kata salah satu pedagang yang tidak mau disebut namanya itu.
Kisah Nyata Beraroma Mistis dan Pengunjung Aneh Muludan
Beberapa kisah "aneh" yang terjadi disela-sela perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw di Cirebon yang dikenal dengan acara Muludan dan malam puncaknya disebut "Pelal Panjang Jimat".
BACA JUGA: Anies-AHY Bertemu Satukan Energi Semangat Perubahan dan Perbaikan
Dan beberapa cerita mistis lainnya di sekitar kompleks Keraton Kesepuhan yang penulis berhasil mengingatnya dari masa kemasa sejak tahun 1985 saat penulis masih duduk di bangku SD kelas 5 saat itu hingga sekarang.
Pertama disampaikan oleh Mak Jetun (almarhum) saat kali Cipadu diperbaiki sekitar tahun 1990-an.
Beliau berambut putih semua dan berusia sekitar 70 atau 80 tahunan. Kali Cipadu adalah kali yang berada tepat di depan keraton Kesepuhan.
Saat itu Mak Jetun (almh) tengah duduk di Pos Gardu RT 02 Mandalangen dan untuk masuk ke wilayah ini dari arah Keraton Kesepuhan ke arah barat menyusuri Jalan Jagasatru lalu belok kiri menyeberangi jembatan Gang Kemuning.
BACA JUGA:Waspada Penipuan Modus Tilang Elektronik, Simak Penjelasan Polda Jabar
BACA JUGA:Semar Nusantara dan Diamond Pavilion Gelar Pameran Perhiasan
Dalam ceritanya disampaikan saat itu dari pos gardu beliau melihat ratusan orang beserta anggota keluarganya keluar dari arah kali Cipadu yang tengah diperbaiki lalu berjalan ke arahnya.
Tepat di depannya rombongan ratusan orang ini berbelok dan masuk ke 2 rumah yang berada tidak jauh dari pos gardu tempatnya duduk. Siapakah mereka? Beliau tidak menyebut.
Kedua disampaikan oleh seorang pengantar tamu dan pedagang buku keliling disekitar alun-alun Sangkalabhuana tahun 1997-an.
Saat Muludan entah lupa kapan tahunnya, seorang temannyanya menyaksikan ratusan tamu datang memasuki kompleks Keraton Kesepuhan melewati jembatan Pangrawit dan masuk kedalam kompleks kraton Kesepuhan.
BACA JUGA:Polisi Ungkap Hasil Visum Lesti Kejora, Leher dan Siku Paling Parah, Rizky Billar Siap-siap Saja
BACA JUGA:Detik-detik Pembunuhan Satu Keluarga di Way Kanan, Menggunakan Kapak
Namun setelah ditanyakan kepetugas yang jaga di bangsal Pengada dan gapura besar pertama dan kedua, ternyata belum ada tamu yang datang dan suasana keraton saat itu masih belum banyak orang.
"Jadi siapakah ratusan orang yang tadi terlihat melewati jembatan Pangrawit ?" ucap Jaja mengingat cerita temannya masa itu.
Masih disekitar tahun 1997-1998-an, penulis saat itu memasuki komplek Keraton Kesepuhan sekitar pukul 23.00 dan duduk di kursi tengah Bangsal Lunjuk menyaksikan suasana keraton pasca arak-arakan Panjang Jimat keluar menuju Langgar Agung.
Sambil menunggu rombongan arak-arakan kembali memasuki bangsal utama keraton. Tiba-tiba dari arah yang tidak diketahui dari mana datangnya.
BACA JUGA:Dua Oknum Polisi yang Jilat Kue TNI Dipecat, Dinyatakan Melakukan Perbuatan Tercela
BACA JUGA:Masuk Musim Hujan, ASTRA Tol Cipali Lakukan Hal Ini Untuk Mencegah Luapan Air
Muncul seorang Nyai Sepuh (nenek tua) memakai daster lusuh dan rambutnya yang putih panjang terjurai seolah tidak pernah disisir.
Sang Nyai Sepuh dengan nada tinggi berkata membentak: "Pengen apa cung mene-mene?, ning kene wis langka jimat!" (Mau apa nak ke sini? Di sini sudah tidak ada pusaka!"
Sungguh penulis saat itu merasa kaget dan langsung beranjak pergi untuk pulang menuju Masjid Sang Ciptarasa.
Sambil menyimpan rasa penasaran tentang siapakah Nyai Sepuh yang tadi bicara ketika datang dan perginya entahlah, tidak diketahui dari mana datangnya dan ke mana perginya.
BACA JUGA:Orangtua Lesti Kejora Diperiksa Polisi, Rizky Billar Membantah Lempar Bola Biliar
BACA JUGA:Berdayakan & Dorong Pertumbuhan Ekonomi Desa, BRI Kembali Gelar Program Desa BRILian Batch III 2022
Tamu Mulud Bukan Saja Manusia
Tamu mulud yang datang bukan cuma bangsa manusia. Berdasarkan cerita para Sepuh di lingkungan sekitar keraton di Cirebon konon seperti itu dan memang demikian adanya.
Dan cerita yang sama juga disampaikan pula oleh Ibu Armiah almarhumah (warga kampung Mandalangen), ahli pembuat boreh yang digunakan untuk luluran para Sultan sebelum Panjang Jimat dilaksanakan sekitar tahun 2000-an.
Fenomena yang harus didekati dengan pendekatan keimanan ini memang sudah menjadi kepercayaan setiap menjelang akhir bulan Sapar, masuk bulan Mulud sampai datang Pelal Panjang Jimat.
Antara percaya atau tidak, cerita aneh lain justru didapat dari seorang nenek tua berusia 90 tahun lebih (maaf tidak bisa disebut namanya).
BACA JUGA:Grab Membantah Pernyataan Yusuf Mansur Soal Jadi Komisaris
BACA JUGA:Heboh Yusuf Mansur Ngaku Komisaris Grab, Ini Dia Nama-nama Bos Grab
Beliau tinggal di salah satu blok yang ada di Palimanan, Kabupaten Cirebon. Dalam ceritanya kejadian ini terjadi saat berusia 7 tahunan tepatnya sekitar tahun 1940-an.
Suasana lingkungan di sekitarnya masih sepi dan berupa hamparan sawah, perkebunan tebu milik Pabrik Gula Gempol dan rumah penduduk pun baru ada 5 rumah.
Saat itu setiap jelang malam Pelal Panjang Jimat di Cirebon, sejak masuk waktu maghrib hingga pukul 24 tengah malam, atas perintah bapaknya seluruh anggota keluarganya malam itu tidak boleh ada keluar rumah.
Bahkan untuk melihat dari jendela pun dilarang, akhirnya bada sholat Isya selepas ngaji barzanzi bersama keluarga, tertidur dan bangun tepat tengah malam.
BACA JUGA:14 Atlet Taekwondo Kota Cirebon Diboyong ke Yogyakarta, Ini Agendanya
BACA JUGA:Tanpa APBD, LPM Karya Mulya Gandeng NGO Bantu Masyarakat
Karena penasaran dengan larangan sang bapak, lalu mendekat ke arah jendela sambil berusaha mengintip apa yg terjadi di luar.
Antara percaya dan tidak, waktu itu melihat rombongan orang banyak sekali seperti baru pulang bepergian jauh, berjalan dari arah timur menuju kearah barat, arah rute jalan ke kawasan pegunungan Kromong Palimanan.
Beruntung sang bapak juga terbangun dan langsung menarik sambil berkata: "Wis weruh ya nok, alhamdulillah langka kang ndeleng sira, dadi sira ora digawa melu (Sudah tahu ya nak, Alhamdulillah tidak ada yg melihatmu, jadi kamu tidak dibawa ikut)."
Sampai sekarang peristiwa itu masih menjadi kenangan. Wallahu a'lam bisawab. Meski tidak tahu persis siapa mereka sesungguhnya.
BACA JUGA:Rumah Mewah Rizky Billar dan Lesti, Ternyata Masih Ngontrak, Segini Harga Sewanya
BACA JUGA:DPRD Kota Cirebon Tunggu Kepastian Realisasi Penyaluran BBM Bersubsidi untuk Nelayan
Demikian, beberapa cerita mistis yang dialami penulis maupun dihimpun dari beberapa saksi terkait kejadian jelang malam pelal muludan di Cirebon.
Cirebon, Jelang Pelal Panjang Jimat 2022
Penulis : Akbarudin Sucipto, Pegiat Budaya dan Sejarah Cerbon dikomunitas Amparanjati Cirebon.