Bulan lalu, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengecam kampanye serta kritik yang diarahkan ke Qatar menjelang Piala Dunia.
BACA JUGA:Tinjau Lokasi Kebakaran, Ridwan Kamil Ingatkan ASN Kota Bandung Tetap Layani Publik
Dia menyayangkan kapanye tersebut terus berlanjut hingga mencapai tingkat yang tak terbayangkan dan mempertanyakan apa motif dari kampanye tersebut.
Selain itu beberapa kota di Prancis, termasuk ibu kota Paris, tidak akan menayangkan pertandingan Piala Dunia.
Penolakan penyangan tersebut dengan alasan kekhawatiran atas pelanggaran hak pekerja migran dan dampak lingkungan dari turnamen tersebut.
BACA JUGA:Polisi Akan Panggil Pejabat BPOM Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut
Meskipun klub sepak bola papan atas Prancis, Paris Saint-Germain, dimiliki oleh Nasser Al-Khelaifi, ketua Qatar Sports Investments dan beIN media Group, namun tidak mempengaruhi keputusan tersebut.
“Kami memiliki hubungan yang sangat konstruktif dengan klub tersebut, namun hal itu tidak menghalangi kami untuk mengatakan ketika kami tidak setuju atas penayangan tersebut,” kata Pierre Rabadan yang merupakan wakil walikota Paris.
Perlakuan Qatar terhadap pekerja migran dan catatan hak asasi manusianya telah menjadi sorotan sejak dianugerahi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022.
BACA JUGA:Tunaikan Sholat Gerhana Bulan, Umat Islam Berbondong-bondong ke Masjid At Taqwa Kota Cirebon
Awal bulan ini, Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mengatakan Qatar telah membuat kemajuan dalam reformasi ketenagakerjaannya tetapi tantangan dalam implementasinya tetap ada.
Reformasi yang dilakukan Qatar telah meningkatkan kondisi kerja dan kehidupan bagi ratusan ribu pekerja yang mencapai 85 persen dari populasi Qatar. (jun)