Sejarah Singkat Pedati Gede Pekalangan
Pedati Gede Pekalangan sempat terbakar sekitar tahun 1970-an. Kemudian kayu-kayunya hanya bertumpuk di pekarangan salah seorang warga.
BACA JUGA:Ridwan Kamil Raih Penghargaan Most Popular Leader in Social Media di JAMPIRO 202
BACA JUGA:Israel Ketar-ketir Atas Ancaman Rudal Hipersonik Milik Iran
Pada tahun 1993, Herman De Vost (mantan direktur museum kereta-kereta istana di Leiden, Belanda) melakukan konservasi terhadap pedati Gede Pekalangan.
Menurut Herman de Vost, dari hasil penelitiannya dimensi pedati Gede Pekalangan adalah 15 meter, lebar 2,5 dan tinggi 3 meter, pedati menggunakan roda sebagai alat geraknya dengan jumlah 12 roda (6 pasang).
Terdapat 6 roda berdiameter 2 meter dan 6 roda yang lainnya yang berukuran lebih kecil berdiameter 1,5 meter, roda pedati dihubungkan oleh semacam as yang terbuat dari kayu bulat berdiameter 15 cm.
As ini kemudian dimasukkan ke dalam poros roda yang terbuat dari kayu, menurut almarhum bapak Sudjana (budayawan Cirebon) untuk memperlancar perputaran diporosnya maka digunakanlah getah damar sebagai pelumas.
BACA JUGA:YouTube Punya Fitur Baru untuk Manjakan Penggunanya, Apakah Itu?
BACA JUGA:CPF 2022: Wagub Uu Lepas Ekspor Tanaman Hias
Herman de Vost mengakui bahwa pedati Gede Pekalangan merupakan maha karya asli dari kebudayaan Cirebon.
Karena itu, meski Pedati Gede Pekalangan yang dibangun di Taman BAT Cirebon adalah sebuah replika, tetapi tetap saja itu adalah warisan kebudayaan Cirebon yang harus dijaga.