Sebagai seorang penulis, Remy Sylado tergolong sangat produktif menelurkan karyanya.
Dia juga tidak sembarangan dalam menghasilkan karya. Dia rela melakukan riset panjang ketika mengarang novel hingga memburu informasi ke perpustakaan di luar negeri.
Sebagai seorang penyair, Remy juga dikenal sebagai pelopor puisi mbeling yang dia dedikasikan sebagai tandingan dari jalan kesenian WS Rendra yang disebut urakan.
BACA JUGA:4 Rekomendasi Penginapan Instagrammable di Ciwidey Bandung, Pas Banget Buat Liburan Akhir Tahun
Lebih jauh, Puisi Mbeling merupakan gerakan yang dibangun oleh remy Sylado untuk mendobrak kebekuan ide dan gagasan di masa rezim Orde Baru yang dianggap feodal dan munafik.
Bukan itu saja, Remy Sylado juga aktif di dunia jurnalistik. Dia pernah menjadi wartawan harian Sinar Harapan pada 1963 hingga 1965.
Kemudian ia sempat menjadi Redaktur Pelaksana harian Tempo di Semarang (1965-1966), majalah Top (1973-1976), majalah Fokus (1982-1984), dan Redaktur majalah Vista (1984-...).
Remy Sylado juga sempat menjadi dosen di Akademi Sinematografi Bandung sejak tahun 1971.