Ali Akbar menyebut bentuk dan ukiran pada batu tersebut memiliki makna dan pesan yang disampaikan oleh si pemahat.
“Pada salah satu sisi dari batu tersebut jelas tergambar gunung, dua tiang, dan dua orang yang sedang duduk mengapit tiang tersebut,” jelas Ali.
Kemungkinan besar, lanjut Ali, Gunung Tilu itu diibaratkan alam khayangan oleh pemahat.
BACA JUGA:Kisah Pilu Nyi Mas Gandasari, Tidak Mengenal Ibu Sejak Lahir, Dijauhkan dari Tanah Kelahiran
“Alam kahyangan atau kedewataan yang dapat dimasuki melalui pintu gerbang. Kedua tiang menggambarkan pintu masuk atau gerbang yang dijaga dua orang figur,” jelasnya.
Figur-figur tersebut terlihat gemuk, hidungnya agak bulat, dan cenderung buruk rupa.
Dari bentuk kepala dan rambutnya kemungkinan besar kedua figur tersebut adalah Semar dan Gareng atau Bagong.
Ia menduga batu naga ini merupakan prototype, arketipe, purwarupa, atau asal usul dari punakawan atau panakawan.
BACA JUGA:Sejarah Desa Mindi Majalengka, Pemimpin Sakti yang Pura-Pura Bodoh
Tak hanya itu, batu naga ini disebut-sebut juga sebagai salah satu cikal bakal budaya Sunda dan Jawa.
Goa Arjuna dan Kandang Hayam
Di kaki gunung Tilu, terdapat belasan goa yang sering dikunjungi warga. Keindahan dan pesona goa membuat para pengunjung takjub.
Salah satu goa yang sering dikunjungi wisatawan lokal adalah Goa Arjuna.
BACA JUGA:Air Seni Nyi Mas Gandasari Mampu Hancurkan Pengaruh Tombak Trisula Prabu Cakraningrat
Goa ini disebut Goa Arjuna karena pada zaman dahulu tokoh pewayangan Arjuna disebut pernah singgah di goa tersebut.
Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, goa ini pernah menjadi tempat Arjuna bertapa.