KUNINGAN, RADARCIREBON.COM – Sejarah Kabupaten Kuningan yang jarang diketahui dikisahkan dalam naskah Carita Parahyangan.
Carita Parahyangan dikenal oleh sejarawan sebagai naskah Sunda Kuno yang diperkirakan dibuat pada abad ke-16 sekitar tahun 1580 Masehi.
Itu artinya, setelah Islam berkembang di Jawa dan Kerajaan Pajajaran di wilayah Jawa Barat runtuh.
Dalam naskah Carita Parahyangan, Kuningan disebut dalam beberapa kesempatan untuk menyatakan sebuah wilayah yang memiliki kekuatan politik cukup diperhitungkan.
Salah satunya momen ketika Rahyang Sanjaya, penguasa Galuh yang diperintahkan oleh Batara Dangiang Guru memerangi penguasa Kuningan demi membuktikan ketangguhannya.
BACA JUGA:Penemuan Bayi di Desa Semplo Cirebon, Dibungkus Selimut, Untung Ada Suami Istri yang Baik Ini
“Jig indit Rahiang Sanjaya; elehkeun Sang Wulan, Sang Tumanggal, Sang Pandawa di Kuningan. Maranehna meunang kasaktian, nu ngalantarankeun Sang Wulan, Sang Tumanggal, Sang Pandawa di Kuningan henteu kabawah ku Dangiang Guru. Lamun kaelehkeun, bener maneh sakti.”
Demikian perintah Batara Dangiang Guru penguasa di Galunggung kepada Rahian Sanjaya yang termuat dalam Carita Parahyangan yang telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Sunda.
Dalam bagian berikutnya, dijelaskan petualangan Sanjaya memerangi wilayah Kuningan. Namun, pada akhirnya mengalami kekalahan hingga kembali ke Galuh.
“Rahiang Sanjaya tuluy perang ka Kuningan. Eleh Rahiang Sanjaya. Diuber-uber, nepi ka walungan Kuningan. Rahiang Sanjaya undur.”
Dalam kisah yang lain, Sejarah Kabupaten Kuningan dikaitkan dengan Kerajaan Saunggalah yang didirikan sekitar tahun 671 - 723 masehi oleh Pabu Wiragati.
Kerajaan Saunggalah ini terus berkembang hingga dipimpin oleh Prabu Darmasiksa yang tidak lain adalah raja dari Kerajaan Sunda yang naik tahta sekitar tahun 1175 Masehi.
Sebagai Raja Sunda, Prabu Darmasiksa menikahi Putri Kerajaan Saunggalah, kemudian mempersatukan tiga kekuatan besar di Jawa bagian barat yakni Kerajaan Sunda, Galuh dan Galunggung dengan pusat pemerintahan di Saunggalah (Kuningan).
Namun, pada tahun 1187 Masehi, Prabu Darmasiksa kembali memindahkan ibukota ke Keraton Pakuan di Bogor.