"Kesulitan terbesar adalah nelayan menggunakan kapal tanpa cold storage, karena kapalnya kecil. Akhirnya kualitas ikan ketika sampai pelabuhan turun. Karena itu harganya murah," kata Dahlan Iskan, di Indramayu.
Karena itu, kata Dahlan, jumlah ekspor ikan Indonesi dalam bentuk ton tinggi sekali, tapi nilai rupiah yang diterima kecil.
"Ini solusi, karena umumnya kapal itu 300 ton. Tapi kapal ini 600 ton. Sehingga bisa berada di tengah laut 15 hari, baru ke pelabuhan," katanya.
Selama 15 hari itu, di kapal ikan ditempatkan di ruang pendingin dengan suhu -60 derajat celcius. Sehingga menjaga kualitas tetap baik.
BACA JUGA:Momen Dahlan Iskan Diajak Syekh Panji Gumilang Lihat Galangan Kapal Milik Ponpes Al Zaytun
"Kalau Indonesia punya kapal seperti ini, bisa ditaro di Laut Arafuru, sekitar Ambon. Maka ekspor kita akan besar dan kualitas bagus, uang lebih banyak," tandasnya.
Karenanya, Dahlan Iskan mengungkapkan terima kasih kepada Mahad Al Zaytun, karena telah memproduksi kapal nelayan yang besar.
Di kesempatan yang sama, Syekh Panji Gumilang mengungkapkan, progres pembangunan kapal pada Bulan September akan masuk 1,5 tahun.
Pembangunan demikian cepat, karena peralatannya disediakan. Ada crane 5 ton dan perangkat lainnya sebagai penunjang.
BACA JUGA:Akhirnya, Kabupaten Indramayu Resmi Gabung kedalam Kunci Bersama
"Semuanya ini kami kerjakan sendiri, sampai pasang fiber. Desain kita kerjakan sendiri. Justru yang punya tamatan sekolah pelayaran belum pernah membuat (kapal)," tutur Syekh Panji Gumilang.
Diungkapkan Syekh Panji, cita-cita membangun galangan kapal sebenarnya sudah ada sejak awal dirinya membuat Mahad Al Zaytun.
Bahkan sebentar lagi akan membuat pusat industri perikanan terpadu, dengan luas lahan 350 hektare dan 75 persen sudah dibebaskan.