Al Zaytun Seperti Negara dalam Negara, Syekh Panji Gumilang Bilang Begini, Simak Kata-katanya

Selasa 30-05-2023,21:38 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

Garam tidak impor. Malah garam yang ada di laut-hasil dari sawah garam, di Al-Zaytun diproses menjadi garam yang super.

Kecap juga cukup. Tempe cukup. Minyak wijen cukup, semuanya menanam sendiri dan membuat sendiri. “Menanam dan membikin sendiri apa susahnya,” kata Syekh.

Persediaan ikan juga cukup karena memelihara sendiri. Daging cukup, karena beternak sendiri. Ayam cukup, malah lebih.

BACA JUGA:KEREN! Bakal Hadir di Mahad Al Zaytun, Restoran Berputar di Ketinggian 201 Meter

Karena yang makan banyak, maka pondok memelihara 300 ribu. Banyakan yang dipelihara ayamnya. “Beras jangan tanya, Insya Allah mulai bulan Mei atau Juni, kampus ini makannya sudah beras basmati. Karena menanam basmati sendiri. Itu contoh Indonesia mini,” jelas Syekh Al Zaytun. 

Bagaimana persediaan air untuk tanaman-tanaman itu? Al-Zaytun ketika hujan berfikir bagaimana supaya musim kemarau kita bisa punya air. Musim kemarau berfikir bagaimana musim hujan tidak membanjiri lingkungan. “Jadi tidak musim hujan cerita bagaimana membendung air,” katanya.

Syekh bercerita sewaktu pertama kali membangun Al Zaytun. Menanam padi sekali pun itu masih gagal. Karena kurang air.

Sekarang kalau dipaksakan bisa tiga kali. Ini karena melimpahnya air dengan banyaknya waduk yang dibuat di Al-Zaytun. “Tapi kan tidak boleh menanam tiga kali, nanti jelek tanahnya,” kata Syekh.

BACA JUGA:TERUNGKAP, Ada 9 Perbedaan Pendidikan di Mahad Al Zaytun Indramayu, Oh Ternyata…

Menurutnya, menata pangan Indonesia itu gampang. Penduduknya cuma 300 juta. Ibaratnya tiga ratus juta itu sama dengan 300 juta potong pisang. Satu batang pisang itu bisa keluar 24 sampai 30 kilo.

“Kata siapa? Kata Panji Gumilang. Karena Panji Gumilang menananam. Kalau orang yang tidak nanam akan bilang, ah masa iya?” katanya lagi. (*)

Kategori :