Al Zaytun DI: Dahlan Iskan Menulis dengan Bijak

Rabu 31-05-2023,07:37 WIB
Reporter : Adun Sastra
Editor : Yuda Sanjaya

Nasionalisme dimulai dari kecintaan terhadap lagu kebangsaan, kemudian di wujudkan dalam kehidupan keseharian, jika tidak maka Nasionalisme akan menjadi hambar dan hanya di jadikan tameng untuk saling menyerang dan mengangganggu kedamaian.

Dalam syair Lagu Kebangsaan tiga stanza tersebut di atas, terdapat bait yang menyatakan bahwa Tanah Air kita adalah “Tanah yang suci”, yang setiap hari dinyanyikan oleh para santri, dan untuk memantapkan kecintaan terhadap tanah air.

Syekh Al Zaytun selalu menyebut Indonesia adalah tanah suci tempat kita semua dilahirkan dan berharap akan di kuburkan didalamnya.

BACA JUGA:Hindari Rentenir, Panji Gumilang Punya Cara Ini untuk Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Hal ini untuk memberikan motivasi kepada para santri agar tidak larut pada keinginan mereka yang pergi haji atau umrah dan berdoa sedemikian rupa agar mereka dimatikan di Makkah Almukarramah.

Tentu tanpa maksud lebih mensucikan Tanah Air Indonesia dan menguderesitimate Makkah dimana terdapat Kakbah tempat kita berkiblat saat sholat wajib ataupun sunnah yang berada di dalam Masjidil Haram, yang disebut dalam Alquran 2:144 yang artinya:

"Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan."

Tanah Makkah sendiri disebut dalam Alquran sebagai tanah yang dimuliakan (Almukarramah). Sekali lagi sebutan tanah suci untuk Indonesia adalah sebutan motivasi dengan maksud edukatif.

BACA JUGA:Wajah Cling BEBAS JERAWAT, Rutin Gunakan Air Mawar Ternyata Berguna, Ampuh Banget

Sementara dalam keseharian sholat 5 waktu tentu menghadap ke Baitullah yang berada di Makkah.

DI menyampaikan bahwa ada kebenaran baru yang di era ICT ini berkembang sedemikian luasnya sehingga menyudutkan makna kebenaran yang sesungguhnya, Kebenaran berdasar ” PERSEPSI”, terkait dengan hingar bingar Al Zaytun di sosial media.

Dahlan Iskan memaparkan dengan apik dan menyejukkan tentang Al Zaytun, dengan maksud untuk memberikan keseimbangan informasi, yang tentu di pelajarinya dan kemudian di lihatnya secara langsung.

Satu penyampaian yang sesuai dengan kode jurnalistik yang jujur dan adil, dimana sesorang harus mengimplemtasikan kaidah jurnalisme yang harus berusaha untuk secara adil mewakili berbagai sudut pandang dan kepentingan dalam masyarakat dan menempatkannya dalam konteks yang benar dan tidak memprovokasi perdebatan yang saling bertentangan.

BACA JUGA:Sebelum Dilantik Jadi Polisi Militer, Praktek Lapangan Dulu

Akurasi dan kejujuran juga mensyaratkan agar penyampaian ke masyarakat tidak mengabaikan poin-poin kebenaran yang mampu menyelesaikan kebenaran yang hanya berdasar pada persepsi tersebut di atas.

Sebagai seorang yang berpengalaman, DI menyajikan jurnalisme yang lebih dari sekadar menyediakan pemberitaan atas dasar kebenaran Jurnalistik.

Kategori :