Kesaksian serupa disampaikan oleh Ardi. Di kelompok itu, dirinya baru bergabung pada tahun 2016. Sebab, dirinya tertarik untuk bisa ikut menggarap sawah.
“Saya ikut P3KI sejak 2016. Ikut kerja karena tertarik menggarap sawah. Awalnya 3 bau, dapat penghasilan 12 juta sudah dipotong modal dan biaya. Alhamdulillah, sekarang menambah sampai ke 7 bau. Hasilnya cukup lumayan,” bebernya.
Ardi mengaku, penghasilan sampai belasan juta itu, tidak mungkin didapat kalau dengan sistem bertani biasa. Apalagi harus menggunakan modal dari tengkulak ataupun orang lain.
Tetapi, di Mahad Al Zaytun ini, petani hanya tinggal bekerja karena semua disiapkan. Mulai dari penggunaan traktor untuk membajak sawah sampai pupuk.
BACA JUGA:Juara Lomba Vlog DLH Kota Cirebon Kecewa, Piagam Penghargaan Ditutup Tempelan Kertas
Sistem kerja tersebut juga disampaikan oleh Wanto. Petani sudah disediakan tanah, permodalan, pupuk dan obat-obatan.
“Kalau cuaca bagus, panen per bau bisa 3-4 ton. Per bau bisa Rp 4 juta. Nanti hasil bersihnya itu yang dibagi antara petani dan yayasan,” bebernya.
Sebagai gambaran, bagi hasil petani misal panen 4 ton, biaya diambil 17 kuintal. Kemudian 2,3 ton dibagi 2. Sebagian untuk pemilik lahan dan pemodal dan sebagian adalah hak pekerja.
“Sampai detik ini, panen cukup memuaskan hasilnya daripada tahun-tahun sebelumnya,” bebernya.
Karena itu, para petani dan warga yang bergabung di P3KPI tersebut membela Mahad Al Zaytun dan Syekh Panji Gumilang yang telah memberikan penghasilan dan kehidupan bagi mereka.