Sementara dalam konteks kebangsaan adalah bagaimana menjadi sebuah bangsa yang kuat, tidak memiliki ketergantungan pada negara lain serta semakin mandiri.
Di kesempatan itu, Moeldoko berpesan kepada anak-anak santri, di tengah pertumbuhan teknologi informasi, persoalan hoaks, disinformasi merajalela di mana-mana.
Anak-anak muda yang bertumbuh di pesantren, menanamkan nilai-nilai positif. Bangun karakter yang kuat agar tidak mudah terpengaruh dan terprovokasi oleh berbagai situasi.
Pesantren Al Zaytun juga harus memperkuat karakter santrinya, agar satu saat menjadi pemimpin berkarakter kuat. Tantangan ke depan, menjadi pemimpin negeri ini tidak semakin ringan. Tapi semakin berat.
BACA JUGA:Para Ulama Jabar Rapat dengan Uu Ruzhanul Ulum Soal Al Zaytun, Menunggu Komando Ridwan Kamil
“Pesantren adalah salah satu tempat di mana pembentukan karakter bangsa terbangun di dalamnya. Secara emosional saya sangat dekat dengan beliau,” tandas Moeldoko menyampaikan pesannya.
Dalam kesempatan berbeda, Moeldoko juga mengaku turut mengembangkan wawasan kebangsaan di Al Zaytun. Terutama saat dirinya masih menjadi Pangdam III Siliwangi.
Karenanya, Moeldoko memiliki hubungan dengan Syekh Panji Gumilang yang sampai dengan saat ini menjadi pengasuh Mahad Al Zaytun.