Aktivitas mereka ditunjang perekonomian yang dijalankan Lembaga Kemakmuran Masjid (LKM) Rahmatan Lil Alamin dan beragam unit usaha.
Perusahaan dan perekonomain di bawah LKM Rahmatan Lil Alamin itu, mencakup green economy hingga kini yang terbaru merambah blue economy.
"Cukup kita hitung sumber daya sendiri untuk pengadaan ikan, beras, daging dan lainnya. Enteng. Cuma enteng," bebernya.
Adapun komponen biaya di Mahad Al Zaytun yang salah satunya terbesar adalah honor atau gaji baik karyawan, guru hingga lainnya.
BACA JUGA:Lampu Merah di Bundaran Jatiseeng Ciledug Mati Berbulan-bulan, Warga Protes
"Honor-honor 1 bulan Rp 4,2 miliar, satu tahun ada yang 13 bulan, 14 bulan menerima gaji. Totalnya Rp 51,1 miliar," ungkapnya.
Kemudian kebutuhan alat tulis, per bulan Rp 363 juta. Satu tahun Rp 4,3 miliar. Namun, komponen biaya ini tidak terlalu besar untuk kelas Al Zaytun.
Salah satu yang terbesar lainnya adalah kebutuhan dapur untuk makan 10.000 ribu orang, termasuk yang bekerja di perkebunan, persawahan.
Namun, karena mampu menyediakan sumber pangan secara mandiri, juga tidak terlalu besar untuk dipenuhi.
"Tidak banyak karena menghasilkan sendiri. Rp 3,7 miliar sebulan. Dalam satu tahun Rp44,8 miliar," ungkapnya, secara terbuka.
Lainnya adalah kebutuhan biaya listrik 1 bulan hanya Rp 351 juta. Satu tahun Rp 4,2 miliar. Internet Rp 18,2 juta per bulan dan Rp 218 juta setahun.
BBM mobil dan alat berat satu bulan Rp 246 juta. Satu tahun Rp 2,2 miliar. Transportasi 1 bulan Rp 424 juta dan satu tahun Rp5,3 miliar.
Kebutuhan pembayaran pajak meliputi PBB, PPH termasuk pembelian lahan, PPN, impor barat, Rp 515 juta per bulan dan satu tahun Rp6,1 miliar.
BACA JUGA:Bareskrim Polri Panggil 4 Saksi untuk Gali Keterangan Soal Dugaan Penistaan Agama Panji Gumilang
"Per bulan untuk pendidikan saja, Rp 9,9 miliar. Di luar pembebasan lahan dan pengembangan lainnya. Satu tahun Rp 119,2 miliar," beber Syekh Al Zaytun.