Kemudian untuk sektor ekonomi yang menangani kebutuhan pangan hingga jual beli hasil tani dan perkebunan, ditangani oleh puterinya yakni Anis Khairunisa sebagai ketua Koperasi Desa Kota (Kodeko).
Sementara salah satu anaknya, kini masih menyelesaikan pendidikan di London, Inggris.
Mendirikan Mahad Al Zaytun memang bukan pekerjaan mudah, sehingga wajar kalau Syekh Panji Gumilang menjadi tokoh sentral.
Bahkan ketika babad alas mendirikan Yayasan Pesantren Indonesia (YPI), usianya sudah 4 tahun. Kemudian ketika mulai merintis Al Zaytun usianya sudah 53 tahun.
BACA JUGA:9 Kasus Narkoba Diungkap Polisi di Majalengka 3 Bulan Terakhir, Ini Detailnya
Namun, rupanya usia bukan halangan bagi pria 77 tahun tersebut. Baru-baru ini, kepada wartawan radarcirebon.com Adun Sastra Syekh Panji Gumilang mengungkap bahwa hidup sesungguhnya baru dimulai di usia 70 tahun.
“Life begins at 70,” demikian disampaikan Syekh Panji Gumilang ketika ditemui di galangan kapal, Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.
Karenanya, pria dengan Zodiak Leo tersebut selalu mengistilahkan bahwa Al Zaytun dan Panji Gumilang ibarah gula dan semut yang tidak bisa dipisahkan.
Sebab, Panji Gumilang mengetahui sejak awal bagaimana mendirikan lembaga pendidikan di ujung barat Indramayu itu.
“Awalnya, dari kemauan ada. Diskusi dengan kawan. Itu tidak langsung ada gedung. Membangun Gedung Abu Bakar Asidiq, 5 tahun baru menyelesaikan fondasi. Setelah itu, barulah ada yang datang menyumbang,” bebernya.
Karena masih berupa lahan yang luas dan hutan, waktu itu belum ada gedung-gedung seperti sekarang. Bahkan, harus berjalan kaki sejauh 4,7 kilometer setiap hari dari masjid ke gedung pembelajaran.
“Sepeda saja tidak bisa lewat ketika itu. Setelah lama, baru bangun jalan,” ungkapnya menceritakan kisah awal pendirian pesantren tersebut.
Dengan segala pengorbanan tersebut hingga membangun dari awal, tentu pantas saja kalau Syekh Panji Gumilang menjadi tokoh yang sangat berkuasa dan sentral di Mahad Al Zaytun hingga kini.