Riwayat lain menyebutkan, sega jamblang berawal dari proyek pembangunan Jalan Raya Pos dari Anyer menuju Panarukan pada 1809 hingga 1810.
Pembangunan jalan Anyer-Panarukan ini dimotiri oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ketika itu, Herman Willem Daendels.
Mengerahkan rakyat dengan sistem kerja paksa, termasuk di Kabupaten Cirebon. Sega jamblang jadi makanan untuk pekerja paksa.
Di samping itu, ada juga versi yang lain. Menyebutkan bahwa sega jamblang berawal dari pembangunan pabrik gula pertama di wilayah Cirebon sekitar tahun 1847.
Tiga versi sejarah sega jamblang di atas memiliki benang merah yang jelas.
Makanan tradisional khas Cirebon ini memiliki kaitan yang erat dengan perjuangan rakyat.
Tidak heran, sega jamblang yang melegenda menjadi buruan wisatawan yang berkunjung ke Cirebon.
BACA JUGA:Penerbangan di Bandara Husein Sastranegara yang Mungkin Pindah ke Kertajati, Cuma Disisakan 1
Setiap pengunjung yang berwisata ke Cirebon, hampir dipastikan bakal mencicipi sajian khas nasi putih dibungkus daun jati plus lauk pauk berbagai jenis yang menggugah selera.
Ikon kuliner Cirebon sendiri sebetulnya bukan hanya sega jamblang. Masing ada nasi lengko, empal gentong, nasi lengko, tahu gejrot, hingga docang, dan sate kalong.
Makanan tradisional khas Kota Udang ini masih bisa dijumpai hingga saat ini.
Sudah banyak rumah makan yang menyajikan menu bercita rasa lezat tersebut.
BACA JUGA:Sejarah Sega Jamblang, Ikon Kuliner Cirebon yang Melegenda, Erat dengan Perjuangan Rakyat
Mulai dari warung-warung di emperan hingga rumah makan besar. Siap melayani para wisatawan dari luar kota.*