Sebab, bagi airline pemindahan rute penerbangan bukan perkara mudah dan bukan semata-mata karena ada Tol Cisumdawu.
Pemindahan rute ini, bagi airline sama dengan membuka rute baru yang harus mempersiapkan peralatan, pesawat, akomodasi hingga sumber daya manusia (SDM).
“Kertajati ini ibaratnya Airline membuka rute baru ke Kertajati. Biasanya membuka rute baru itu, yang pertama adalah SDM. Baik untuk administrasi, pelayanan check in, bagasi dan teknisi perawatan pesawat,” kata Alvin Lie, kepada radarcirebon.com, Kamis 20 Juli 2023.
BACA JUGA:ISBI Bandung Jalin Kerjasama dengan RCTV
Dijelaskan Alvin Lie, setiap pesawat mendarat itu kan harus ada pemeriksaan dan perbaikan ringan. Ini yang tidak murah.
Masalahnya, untuk SDM di Kertajati pasti belum ada yang sudah ahli, dan siap pakai.
Sehingga, airline harus mempersiapkan SDM yang sudah berpengalaman dengan dipindah dari bandara lain.
Nah pemindahan SDM ini, bukan hanya soal gaji saja, tapi akomodasi.
BACA JUGA:Cukup 5 Menu, Cara Menikmati Sega Jamblang Rasa Otentik
“Bagaimana orang yang barusan dipindah ini, harus ada tempat tinggalnya. Apakah di sekitar Bandara Kertajati, sudah ada fasilitas perumahan? Kalau belum ada, berarti tinggalnya harus agak jauh dari Kertajati dan ini airline harus menyediakan juga sarana transportasi. Ini juga tidak murah,” katanya.
Selain SDM, faktor kedua yang disoroti Alvin adalah aspek teknis. Di setiap bandara yang dilayani airline harus menyediakan teknisi dan standar minimum perawatan pesawat.
Selain itu, ada peralatan, suku cadang dan komponen lain. Minimal perawatan ringan. Ini juga tidak murah.
Biasanya airline akan melakukan kajian yang sangat mendalam untuk setiap kalayakan rute. Kalau menguntungkan mereka masuk.
“Kalau tidak, ini akan menjadi pertaruhan cukup besar. Kertajati ini, kalaupun airline masuk karena keinginan mereka atau kelayakan pasar. Lebih kepada desakan pemerintah,” katanya.
Pesimisme mengenai Bandara Kertajati, kata Alvin, bukan tanpa dasar. Sebab, pada prinsipnya airline adalah melakukan bisnis.