Menurut dia, ini yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Misalnya kesiapan tenaga teknis untuk perawatan pesawat. Sebab, mereka memerlukan tempat tinggal dan kebutuhan lainnya.
Alvin Lie meyakini belum tersedia tenaga yang mumpuni di Majalengka untuk kebutuhan teknis pesawat itu.
Pemindahan rute ini, bagi airline sama dengan membuka rute baru yang harus mempersiapkan peralatan, pesawat, akomodasi hingga sumber daya manusia (SDM).
"Kertajati ini ibaratnya Airline membuka rute baru ke Kertajati. Biasanya membuka rute baru itu, yang pertama adalah SDM. Baik untuk administrasi, pelayanan check in, bagasi dan teknisi perawatan pesawat,” kata Alvin Lie, kepada radarcirebon.com, belum lama ini.
BACA JUGA:Disparbud dan Komunitas di Majalengka Bersihkan Goa Jepang, Coretan Tidak Mudah Dihilangkan
Dijelaskan Alvin Lie, setiap pesawat mendarat itu kan harus ada pemeriksaan dan perbaikan ringan. Ini yang tidak murah.
Masalahnya, untuk SDM di Kertajati pasti belum ada yang sudah ahli, dan siap pakai. Sehingga, airline harus mempersiapkan SDM yang sudah berpengalaman dengan dipindah dari bandara lain.
Nah pemindahan SDM ini, bukan hanya soal gaji saja, tapi akomodasi hingga tempat tinggal dan fasilitas lainnya.
Sejauh ini, penerbangan di Bandara Kertajati baru sebatas dibuka untuk rute internasional yakni Kuala Lumpur - Kertajati dan Kertajati - Jeddah.
BACA JUGA:Pengelola Parkir Tidak Kantongi Izin, Segini Tarif Denda yang Dipatok Dishub Kabupaten Cirebon
Untuk penerbangan Kuala Lumpur - Kertajati dilayani Maskapai AirAsia dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu.
Sedangkan untuk penerbangan Kertajati - Jeddah dilayani Maskapai Garuda Indonesia dengan frekuensi 1 kali seminggu.
Sempat timbul rencana bahwa Maskapai Super Air Jet bakal membuka penerbangan Kertajati - Kuala Lumpur di Bulan Juni.
Tetapi sampai dengan sekarang ini, masih belum terealisasi. Padahal sudah sempat mengajukan slot penerbangan di bandar udara internasional tersebut.
BACA JUGA:Panji Gumilang Ajukan Panangguhan Penahanan, Bareskrim Polri Menolak
Menjelang dibukanya aktivitas penerbangan penuh di Bandara Kertajati, tentu saja bukan hanya butuh Tol Cisumdawu tetapi juga sarana dan prasarana pendukung lainnya, termasuk integrasi angkutan antarmoda.