KUNINGAN- Para pengusaha bus di Kuningan saat ini tengah cemas. Pasalnya, mereka takut dengan kondisi banjir yang melanda di sejumlah daerah, termasuk Ibu Kota Jakarta terus berlanjut hingga akhir bulan. Mengingat saat ini curah hujan masih sangat tinggi. Kalau situasi seperti ini berlanjut, kerugian yang diderita akan semakin besar. Bukan hanya pengusaha, tapi semua pekerja yang menggantungkan hidup dari jasa transportasi. “Bukan hanya pengusaha yang rugi, tapi kami sebagai pekerja pun merasakan dampak yang sama, karena tidak ada pemasukan. Dengan kondisi ini para pengemudi, kernet dan pengurus pun hanya bisa meratapi nasib, karena tidak punya keahlian apa-apa (lain, red),” ucap Satria, pengurus Putra Luragung kepada Radar, kemarin (22/1). Menurut dia, untuk menutupi kebutuhan sahari-hari para pekerja bus banyak meminjam uang ke tetangga ataupun ke rekannya. Hal itu terpaksa dilakukan, karena mereka gantungan untuk mencari rezeki hanya dari bus. Satria memprediksi, jika hujan tidak reda kondisi ini akan terus hingga akhir bulan. Namun, tentu ia berharap, banjir yang terjadi di jalur pantura segera reda. Sebab, banjir di wilayah tersebut menjadi penyebab tidak bisa beroperasinya ratusan bus. “Ini lebih parah dari tahun kemarin, karena banjir hanya di Jakarta saja, sehingga bus masih bisa masuk. Tapi dengan kondisi saat ini sangat merugikan,” jelasnya. Satria menyebutkan, selama 20 tahun dirinya bergelut di dunia transportasi bus, baru di tahun 2014 merasakan hal yang buruk. Baginya, peristiwa kali ini merupakan sejarah kelam bagi usaha transportasi di Kuningan. Ia sendiri tidak bisa protes, karena situasi saat ini faktor alam. Saat ini bus tidak bisa beroperasi karena adanya pengalihan jalur. Dengan jarak tempuh yang panjang tentu biaya operasional akan membengkak. “Bayangin saja dari Jakarta ke Kuningan ataupun sebaliknya harus ditempuh selama 2,5 hari. Padahal, paling lama pulang-pergi hanya 14 jam,” timpal Oyo Sunaryo pengurus Luragung Jaya. Oyo menyebutkan, pada hari ini jumlah mobil yang beroperasi belum normal. Kalaupun ada yang nekat karena pelayanan. Sebab, jika tidak ada yang berangkat kasihan penumpang. “Dengan kondisi banjir sebenarnya penumpang dari Jakarta banyak. Sedangkan dari Kuningan sebaliknya mereka tidak mau berangkat karena lama di jalan,” jelas Oyo. Seperti diketahui, dampak bencana banjir yang terjadi di Jakarta dan juga di wilayah pantura bukan hanya dirasakan oleh warga setempat. Tapi juga dirasakan oleh pengusaha asal Kuningan terutama yang bergelut pada jasa transportasi. Ratusan bus yang biasa berangkat mengangkut penumpang ke ibu kota selama banjir hanya terlihat puluhan saja. Bahkan, yang berangkat ke Jakarta tidaj sedikit yang terjebak macet, sehingga pengusaha merugi. Sebab, biaya operasional membengkak karena jarak tempuh menjadi lama. “Akibat banjir dari ratusan bus terpaksa di parkir di garasi. PO Putra Luragung dari 15 unit yang biasa berangkat hanya dua yang beroperasi. Itu juga hingga saat ini belum sampai ke Kuningan karena terjebak macet,” ucap Udi Sahudi salah satu pengurus bus tersebut kepada Radar, Senin (21/1). (mus)
Pengusaha Bus Cemas
Kamis 23-01-2014,10:33 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :