CIREBON, RADARCIREBON.COM - Pelabuhan Cirebon memainkan peran penting dalam upaya Indonesia mempertahankan kemerdekaan, dan mendapatkan pengaruh dunia internasional.
Salah satu bentuk pengakuan tersebut lewat jalur perdagangan. Sejarah mencatat, aktivitas ekspor impor pertama Indonesia terjadi di Pelabuhan Cirebon.
Menariknya, ekspor impor tersebut masih menggunakan sistem barter. Indonesia kirim beras, dan India mengirimkan produk tekstil.
Bagaimana ceritanya? Apa perang Sjahrir dalam aktivitas perdagangan internasional di Pelabuhan Cirebon itu?
BACA JUGA:Marco Bezzecchi Raih Pole Position untuk Race MotoGP 2023 Seri Silverstone Inggris
Buku Sjahrir Peran Besar Bung Kecil, banyak mengungkap bagaimana sosok 'bapak bangsa' tersebut lihai memainkan perannya dalam politik luar negeri.
Sekitar tahun 1946, mendiang wartawan Rosihan Anwar sedang dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Dijumpainya truk-truk besar berbaris mengangkut beras.
Belakangan Rosihan Anwar baru tahu bahwa beras tersebut diangkut ke Pelabuhan Cirebon dan langsung dinaikan ke kapal-kapal kargo milik India.
Di dalam kapal tersebut sudah terdapat kain atau produk tekstil yang dibawa untuk Indonesia. Jadilah barter beras dari Cikampek ditukar dengan kain dari India.
BACA JUGA:Bawaslu RI Izinkan Parpol Pasang Bendera dan Nomor Urut Meski Belum Masuk Kampanye
Namun, hubungan perdagangan ini tidak sekadar ekspor impor biasa. Tapi kejelian Sjahrir dalam memainkan politik internasional.
Semua prosesnya dimulai pada April 1946. Sjahrir membuat penawaran sensasional yakni mengirimkan setengah juta ton beras dari Jawa ke India.
Pada waktu itu, India sedang terancam dengan kelaparan yang disebabkan oleh gagal panen berkepanjangan.
Penawaran untuk India tersebut diterima. Sebagai gantinya, dia tidak meminta bayaran. Tetapi minta dikirimkan kain dan obat-obatan dari India.
BACA JUGA:Shin Tae-yong Umumkan Jadwal Pemusatan Latihan Timnas U-23