"Ujung-ujungnya adalah airline. Mereka bisa dipaksa untuk terbang dari Kertajati. Tapi bila penumpangnya tidak mencukupi, di bawah 10 orang. Tentu airline akan berguguran dan tidak melayani," bebernya.
Hal ini, tentu saja akan membuat kegagalan yang pernah terjadi pada tahun 2018 dan 2019 kembali terulang.
Sebab, pada akhirnya maskapai akan berhitung secara bisnis, apakah memungkinkan untuk tetap bertahap di bandar udara internasional itu, atau justru memilih menutup rute.
"Jadi saya agak pesimis ya, kalau hanya mengandalkan Kertajati sebagai bandara yang dipromosikan. Kemudian pemerintah menutup Bandara Husein," tegasnya.
BACA JUGA:Panji Gumilang Ditahan, Menag Yaqut Pastikan Santri Al Zaytun Terpenuhi Hak Pendidikannya
Kembali Alvin mengingatkan, pemerintah pernah menutup Bandara Husein Sastranegara dan mengalihkan penerbangan ke BIJB Kertajati.
Faktanya, langkah tersebut tidak berhasil, meski pada saat itu yang menjadi alasan adanya belum tersedianya konektivitas ke Majalengka via Tol Cisumdawu.
"Jangan lupa pemerintah juga sudah pernah menutup Bandara Husein, tapi ternyata itu tidak berhasil. Mereka pindah ke Jakarta," tandasnya.
Meski sekarang ini sudah ada Tol Cisumdawu, tetapi Alvin mengingatkan bahwa pada Agustus ini, pemerintah akan meresmikan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
BACA JUGA:Muti Efek Pandemi Covid dan Tol Cisumdawu, Biang Kerok Bandara Kertajati Sepi
Dengan adanya kereta cepat ini, perjalanan Jakarta - Bandung menjadi hanya 1 jam saja. Hal ini, bakal menghadirkan persaingan baru antara Bandara Kertajati dengan Bandara Halim Perdanakusuma.
"Stasiun kereta cepat itu, ada di dekat Bandara Halim Perdanakusuma," kata Alvin, mengingatkan kemungkinan persaingan antar kedua bandara tersebut.
Karenanya, Alvin Lie mengingatkan bahwa Bandara Kertajati masih memiliki banyak PR dan pengalihan rute penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara tidak akan membuat penumpang dari Bandung otomatis beralih ke Majalengka.