LIGUNG – Kasie Pertanian Kecamatan Ligung H Suhanto SP mengklaim jika musibah langganan banjir yang terjadi di Desa Leuweunghapit tidak berpengaruh terhadap rusaknya tanaman padi. Pasalnya, luapan banjir dari Sungai Cikamangi itu hanya merendam tidak sampai berhari-hari. “Kalau lebih dari lima hari kondisi padi tetap terendam banjir tentunya akan membuat tanaman jadi busuk. Faktor usia padi sekarang yang sudah lebih dari satu bulan juga menjadi tanaman padi lebih tahan dari luapan air sungai,” katanya saat ditemui di kantornya, kemarin (29/1). Lebih lanjut dijelaskan Suhanto, sejauh ini sudah ada petugas Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang tersebar di seluruh Kecamatan Ligung. Yang perlu dikhawatirkan pasca peristiwa banjir yang merendam areal pertanian di Desa Leuweunghapit adalah munculnya hama tikus. Namun, sejauh ini dirinya mengakui belum ada laporan dari petugas OPT atau ketua gapoktan di wilayahnya. Pihaknya mengantisipasi serangan hama tikus tersebut dengan cara memberikan beberapa varian racun tikus namun aman bagi tanaman padi. Hal itu sudah disebarkan kepada OPT untuk mengantisipasi munculnya hama itu guna tidak menganggu hasil produksi panen di 4.245 hektare areal pesawahan Kecamatan Ligung. Camat Ligung H Gatot Sulaeman AP MSi menambahkan, pihaknya mengakui kalau memasuki musim penghujan ada puluhan hektare tanaman padi yang terendam banjir di wilayahnya. Seperti di Desa Leuweunghapit dan Desa Ampel. Meski demikian, hal tersebut justru yang terkena dampak lebih mendasar yakni areal sawah di Desa Lojikobong, Kecamatan Sumberjaya. “Karena sungai hulu tanggul Cikamangi lebih banyak di daerah itu. Jadi kalau tanggulnya jebol pasti puluhan hektare sawah di Desa Lojikobong itu terendam. Memang banjir juga selalu menggenangi bagi tanaman padi di Desa Leuweunghapit, tapi untuk mengantisipasinya kami sudah berkoordinasi dengan pihak BBWS guna normalisasi sungai itu,” tambahnya. Sementara itu, persoalan musibah banjir musiman di Sungai Cikamangi, Desa Leuweunghapit, Kecamatan Ligung, ditanggapi serius oleh Bupati Majalengka H Sutrisno SE MSi. Menurutnya, Pemkab Majalengka telah melakukan berbagai upaya seperti dibukanya saluran air yang terdapat di beberapa hulu sungai. “Kita masih akan kaji melalui BPBD dan instansi lainnya akibat faktor penyebab banjir itu. Memang kondisi sungai cukup dangkal. Proyek dari BBWS pernah direalisasikan namun hanya untuk bantaran sungai di pemukiman padat penduduk di Desa Leuweunghapit awal tahun 2013 lalu,” ujarnya. (ono)
Pasca Banjir, Waspada Hama Tikus
Kamis 30-01-2014,15:52 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :