Dijelaskan dia, dari sudut pandang pengelola bandara, total costumer experience sesuai regulasi penerbangan ada indikator terkait layanan.
Sebisa mungkin Angkasa Pura II dan BIJB Kertajati memenuhi total costumer experience ini.
Sedangkan terkait value creation, perlu kerja bersama regional stakeholder. Misalnya terkait aspek perdagangan, perekonomian, pariwisata hingga akses.
“Kami akan koordinasi lebih intens dengan para kepala daerah. Karena bandara ini dibangun dengan biaya yang besar,” tuturnya.
BACA JUGA:Gambar dan Coretan di Gua Sireh, Saksi Bisu Sejarah Kelam Pulau Kalimantan Pada Abad ke-16
Kendati demdikian, berdasarkan passenger survey yang pernah dilakukan untuk International Flight Kuala Lumpur dan Singapura, minat dari turis datang memang masih ke Kota Bandung.
Penumpang internasional ini sangat meminati belanja fashion yakni factory outlet yang ada di Kota Bandung.
Karenanya, perlu dilakukan langkah bagaimana meng-copy hal tersebut di sekitar wilayah Majalengka.
Kembali ke domain dari Angkasa Pura, pihaknya akan mencoba bicara dengan airline membuka rute-rete baru baik internasional maupun domestik, bila demand memang bagus.
Kemudian, ada program insentif kepada airline. Misalnya free landing fee kurang lebih 6 bulan akan diberikan kepada operator, free parking fee selama 6 bulan untuk 6 jam pertama.
Diskon 50 persen sewa kantor selama 6 bulan, diskon 50 persen untuk pemakaian avio bridge garbarata. Kemudian diskon untuk pass bandara.
“Ada gula-gulanya yang membuat mereka tertarik untuk terbang. Itu yang kami lakukan dari pihak bandara,” tuturnya. (*)