Dua bulan itu adalah 2 bulan pertama saya tinggal di rumah mertua. Sejak kejadian itu Ibu mertua saya memberi uang kepada suami saya, lalu suami saya memberikan kepada saya sebesar Rp 1 juta per bulan.
Hingga saat ini mertua saya masih memberikan uang untuk membantu keluarga saya. Mungkin inilah yang akhirnya membuat suami saya semakin malas berjuang mencari kerja karena ibunya selalu membantu memberi uang.
Kedua mertua saya adalah pensiunan PNS dan termasuk orang mampu. Tapi dari lubuk hati yang paling dalam saya sedih menerima uang itu.
Saya malu. Sudah hidup numpang, setiap bulan masih disubsidi mertua. Apakah dengan kondisi seperti ini saya masih boleh mengajukan cerai?
2. Saya bekerja sebagai ASN di instansi pemerintah vertikal. Saya sudah berpikir ingin cerai sejak tahun 2020 (tepatnya saat suami saya menganggur 10 bulan).
Saya coba cari informasi sana sini ternyata mengurus perceraian bagi ASN cukup rumit. Untuk bisa maju ke Pengadilan Agama, saya harus punya Surat Persetujuan Cerai dari Kasatker.
Untuk mendapatkan surat izin ini saya harus mengajukan surat permohonan izin cerai ke atasan langsung dan Kepala Satker (Kasatker). Dan berlanjut mengikuti prosedur lainnya yang memakan waktu dan tenaga cukup banyak.
Kendala saya selanjutnya, atasan langsung saya tidak suka perceraian. Beliau menganggap orang yang minta cerai adalah orang-orang bermasalah (dinilai negatif).
Posisinya saat itu, saya adalah pegawai yang baru pindah dari Pusat (Jakarta). Baru menempati satker ini selama 3 bulan.
Saya merasa tidak elok bila posisi saya yg masih baru di sini tiba-tiba sibuk ngurusi mau cerai. Sekarang atasan langsung saya sudah berganti orang. Saya belum tahu orangnya seperti apa.
3. Saya sudah sampaikan beberapa kali ke suami saya bahwa bila suami saya tidak mau berubah (giat mencari kerja atau buka usaha) saya ingin mengajukan cerai.
Dia kekeuh tidak mau pisah dan tetap malas/tidak mau usaha. Saya sarankan dia untuk ngojek. Dia tidak mau dg alasan ngojek sekarang lagi sepi. Banyak temannya yang justru rugi saat ngojek dengan alasan bayarannya terlalu murah.
Dia tipe orang yang tak suka diatur dan tak suka panas-panasan. Sepertinya dia berharap bisa kerja kantoran seperti saya. Tapi jaman sekarang emang susah cari kerja.
Apalagi rata-rata lowongan kerja hanya mencari orang yang usianya di bawah 30 tahun. Sedangkan suami saya tahun ini akan memasuki usia 31 thun.
Mohon doanya supaya pintu hati suami saya dibuka untuk jadi orang yang lebih bertanggung jawab.
4. Ibu saya menyarankan untuk bertahan sampai anak saya memasuki usia sekolah. Kalau ternyata suami saya tidak mau memikirkan biaya sekolah anak, Ibu saya menyarankan untuk pisah. Sejauh ini saya mengikuti saran ibu saya. (*)