Lahir dengan nama Mohammad Mahfud, anak keempat dari tujuh bersaudara ini sangat dekat dengan pendidikan agama Islam sejak kanak-kanak.
Selain dari ayah dan ibunya, Mahfud pertama kali belajar agama Islam di sebuah surau dekat tempat tinggalnya di Sampang, Madura.
Selain di surau, dia juga belajar di madrasah diniyyah. Dari sanalah kecerdasannya mulai terasah.
Saat menginjak usia 7 tahun, Mahfud masuk sekolah dasar negeri. Sore harinya tetap belajar agama Islam di Madrasah Ibtida’iyyah.
BACA JUGA:RESMI! Ganjar Mahfud Berduet, Megawati Ingatkan Pesan dari Bung Karno
BACA JUGA:Persaingan di Internal Persib Makin Ketat, Bojan Hodak Justru Senang
Nah, tidak sampai di situ, dia kembali memperdalam pelajaran agama di surau pada malam hingga pagi hari.
Saat kelas 5 SD, Mahfud dikirim oleh orangtuanya ke pondok pesantren yang terletak di Somber Lagah, Desa Tegangser Laok.
Sekolahnya dilanjutkan di sana. Mahfud lulus SD dengan nilai yang bagus. Tapi tidak mendaftar ke SMP favorit.
Mahfud justru masuk ke sekolah Pendidikan Guru Agama atau PGA di Pamekasan, pilihan orangtuanya.
Pendidikan di PGA itu empat tahun. Lulus tahun 1974. Mahfud kemudian menjadi siswa terpilih dan pendidikannya dilanjutkan ke Pendidikan Hakim Islam Negeri atau PHIN.
Itu adalah sekolah kejuruan milik Departemen Agama di Yogyakarta. Sekolah unggulan. Siswanya lulusan terbaik PGA dan MTS se-Indonesia.
Lulus dari PHIN tahun 1978 kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia atau UII.
Seakan tidak cukup belajar di satu universitas. Pada saat yang sama Mahfud juga masuk ke Universitas Gadjah Mada atau UGM di Jogjakarta.
Di UGM dia masuk ke Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra dan Budaya. Sementara di Fakultas Hukum UII, Mahfud masuk ke jurusan Hukum Tata Negara.
Mahfud MD melewati perjuangan yang keras selama kuliah di dua universitas tersebut. Ketika itu ayahnya sudah pensiun. Sehingga untuk membiayai kuliah dia harus mencari uang sendiri.