World Health Organization menyatakan bahwa penyalahgunaan antibiotik yang terjadi dalam skala besar pada produksi hewan dapat menyebabkan lebih banyak kematian dibandingkan kanker dalam waktu dekat.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal ternama The Lancet memperkirakan 4,95 juta orang meninggal akibat penyakit yang terkait dengan resistensi antimikroba di tahun 2019 saja.
Jumlah ini bisa meningkat menjadi 10 juta kematian setiap tahunnya pada 2050 jika tren tersebut terus berlanjut.
Industri peternakan intensif, yang memelihara hingga jutaan hewan dalam satu wilayah, merupakan penyebab utama penyalahgunaan antibiotik.
Pengurungan hewan dalam jumlah besar dengan kepadatan yang tinggi di lingkungan yang kurang steril dan terpapar ke lingkungan, mendorong berkembangnya tingkat patogenisitas yang tinggi melalui berbagai cara.
Selain itu, penurunan fungsi imun tubuh yang disebabkan oleh stres kronis membuat hewan kehilangan sebagian respon imun yang melindungi mereka terhadap infeksi.
"Pada sistem ini, hewan yang sehat menerima antibiotik dosis rendah jangka panjang untuk pencegahan penyakit.”
“Bakteri yang tidak terbunuh oleh antibiotik tersebut menjadi superbug, menyebar ke lingkungan dan menginfeksi hewan serta manusia,” jelas Fitri.
BACA JUGA:MKMK Diharapkan Berlaku Adil Dalam Memutuskan Perkara Dugaan Pelanggaran Kode Etik MK
Lebih lanjut dikatakan mayoritas ayam petelur di Indonesia dipelihara di kandang baterai, sistem produksi telur intensif yang menempatkan beberapa ayam di kandang sempit dari besi atau bambu.
Setiap ayam menghabiskan hidupnya di ruang yang lebih kecil dari selembar kertas A4 dan tidak dapat berjalan dengan bebas atau merentangkan sayap.
Pengurungan ekstrim dan kurangnya gerakan fisik umumnya menyebabkan tingkat frustrasi tinggi serta nyeri patah tulang.
Kandang baterai juga dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat. Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) telah melakukan salah satu penelitian terbesar di dunia mengenai masalah ini dan menyimpulkan bahwa sistem kandang baterai memiliki tingkat prevalensi Salmonella yang lebih tinggi dibandingkan sistem bebas kandang (cage-free).
BACA JUGA:Pelajar SMP Asal Plumbon Ditemukan Tewas Gantung Diri, Diduga Depresi
Menurut WHO, Salmonella spp. diperkirakan menyebabkan 93,8 juta kasus gastroenteritis akut dan 155 ribu kematian secara global setiap tahunnya, sekitar 85 persen di antaranya diperkirakan disebabkan oleh makanan.