Dahlan Iskan, Pers Berperan Mendewasakan Demokrasi

Minggu 09-02-2014,14:20 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

ADA yang berbeda dari peringatan Hari Pers Nasional tahun ini, dilangsungkan di situs bersejarah yang ada di Bengkulu, yaitu Benteng Marlborough. Sebelumnya, HPN acara puncaknya digelar di dalam ruangan. Situs Benteng Marlborough di kawasan Pantai Paderi, Bengkulu dibangun oleh Hindia Belanda pada 1713-1719 pada masa kepemimpinan Gubernur Joseph Callet. Benteng ini dianggap sebagai benteng terkuat kedua milik Inggris di wilayah timur setelah benteng St. George di Madras, India.Nama Marlborough diberikan oleh pemerintah Inggris sebagai penghormatan terhadap John Churchil yang bergelar Duke of Marlborough I. Ketua Panpelda HPN 2014, Azwar Burhan mengatakan peringatan HPN tahun ini menjadi menjadi yang pertama diselenggarakan di luar gedung. Pemilihan Benteng Marlborough sebagai lokasi puncak peringatan dinilai sesuai dengan motto HPN 2014, yakni Pers Sehat Rakyat Berdaulat.Motto tersebut mengandung makna pers harus menjadi benteng yang kuat demi terciptanya masyarakat yang sejahtera dan demokratis. Untuk itu, pers memiliki peran penting mengkreasi opini guna mendorong rakyat memilih calon pemimpin yang dibutuhkan bangsa serta membangun sistem demokrasi. Pers berperan mendewasakan demokrasi.Demikian terungkap dalam Konvensi Media Massa bertajuk \"Melahirkan Pemimpin Bangsa yang Hebat Good to Great Leader\" di Bengkulu, Sabtu (8/2). Konvensi tersebut merupakan rangkaian peringatan Hari Pers Nasional 2014 yang acara puncaknya akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hadir sebagai pembicara mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Menteri BUMN Dahlan Iskan, dan mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Paiti Djalal. Dahlan yang juga bos Grup Jawa Pos memberikan contoh konkret bagaimana pers berperan mendewasakan demokrasi. Pers harus terus-menerus mengingatkan rakyat bila salah memilih pemimpin. \"Setiap kali pemilu, pers harus mengingatkan lagi apakah rakyat sudah benar memilih wakil rakyat di DPR dan presiden pada pemilu sebelumnya. Bila belum harus diingatkan dan diingatkan lagi, sehingga pada pemilu berikutnya rakyat semakin pandai memilih dan tidak salah pilih,\" katanya. Dengan terus-menerus mengingatkan rakyat, maka pada suatu pemilu nanti akhirnya tersaring wakil rakyat dan pemimpin nasional. Bahkan, secara satire, mungkin saja tidak lagi tersisa siapa yang harus dipilih. Sedangkan Dino Patti Djalal berpendapat bahwa pers di Indonesia sudah bebas dan independen. Namun, masih ada pemilik media yang punya agenda politik dan kekuasaan, sehingga mengebiri media massa untuk kepentingan itu. \"Ini yang harus diperbaiki,\" katanya. Menanggapi hal itu, Dahlan membeberkan bahwa di grup media massa yang dipimpinnya, ia tidak pernah mengharuskan awak media mempromosikan dirinya sebagai capres. \"Bila ada kesan seperti itu, mungkin karena mereka (awak media, Red) sudah mengenal rekam jejak saya,\" katanya. Dahlan juga mengaku bahwa sebuah media cetak meski boleh meng-endorse calon pemimpin, sangat berisiko ditinggalkan pembaca karena pembaca atau masyarakat punya pilihan masing-masing. Karena itu, di jajaran media yang dipimpinnya, selain memberitakan Dahlan sebagai capres dalam konvensi Partai Demokrat, terdapat juga ruang bagi kandidat lain, bahkan capres di luar konvensi Demokrat.menampung seluruh peserta. (wb)

Tags :
Kategori :

Terkait