CIREBON, RADARCIREBON.COM - Selain dikenal sebagai Kota Wali, Kota Cirebon juga mendapat julukan sebagai Kota Udang. Julukan itu bukan sekadar mitos. Sebagaimana diutarakan oleh Suparman (60), nelayan tradisional asal Kampung Cangkol.
Suparman adalah nelayan tradisional asli kampung Cangkol Kelurahan/Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Ia sudah melaut sejak usia 9 tahun dan menghabiskan hampir sebagian besar hidupnya sebagai nelayan.
“Dulu waktu Mang Parman (menyebut nama sendiri, red) masih muda, udang itu banyak sekali di sini. Nggak perlu jauh-jauh nyari, di pinggir pinggir saja banyak. Tinggal nyerok," ungkap Suparman saat ditemui Radar Cirebon pada Rabu (15/11/2023).
Predikat Kota Udang sendiri melekat dengan Cirebon sebab dulu kawasan Pesisir Cirebon merupakan penghasil udang dan ikan tangkapan laut lain terkemuka di Indonesia.
BACA JUGA:Pesona Mewah di Alam Terbuka, Menelusuri Keindahan & Keseruan di Glamping Lakeside Rancabali
Sebutan “Kota Udang” bahkan sudah dicetuskan sejak tahun 1937 oleh pemerintah Kolonial Belanda. Logo kota serta dua patung relief udang besar terpampang di atas gedung Balai Kota menjadi buktinya.
“Jadi bukan mitos itu kalau Kota Cirebon dapat julukan Kota Udang. Memang karena dulu banyak sekali udangnya,” tukas Ketua Himpunan Nelayan Cangkol Tengah (HNCT) tersebut.
Suparman menyebut, mulai sekitar tahun 1980-an udang mulai susah didapatkan. Nelayan harus mencari lumayan jauh dari pesisir untuk memperolehnya. Banyak faktor yang jadi penyebabnya. Pencemaran oleh limbah rumah tangga dan industri menjadi beberapa faktornya.
Selain itu, penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan seperti cantrang oleh sejumlah nelayan juga dituding menjadi biang kerusakan habitat udang.
BACA JUGA:Tempat Wisata di Cirebon untuk Keluarga yang Wajib Dikunjungi
“Pernah suatu ketika, Mang Parman seharian melaut dapatnya cuma satu ekor udang saja. Cuma satu ekor," ungkapnya.
Selama 50 tahun lebih jadi nelayan, kata Suparman, banyak sekali perubahan yang terjadi pada kondisi nelayan di Kota Cirebon. Mulai dari hasil tangkapan yang melimpah, masa paceklik yang membuat merana, hingga kebangkitan kembali nelayan berkat alat tangkap yang lebih ramah lingkungan.
Ya, sejak tahun 2002 lalu, nelayan Kampung Cangkol telah beralih menggunakan rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan. Rumpon atau rumah ikan (fish apartment) menjadi alat bantu tangkap yang masih mereka gunakan hingga saat ini. Walaupun telah bermunculan beberapa jenis alat tangkap lain yang lebih menggiurkan.
Rumpon merupakan karang buatan yang terbuat dari berbagai jenis barang bekas seperti ban, batang pohon dan sebagai atraktor atau penarik perhatian ikan ikan.
BACA JUGA:7 Rekomendasi Tempat Wisata di Cirebon yang Lagi Hits, Murah dan Seru 2023. Wajib Banget Dikunjungi