Yuk Intip Kehidupan Kampung Nelayan Cangkol, Jaga Habitat Ikan hingga Kembangkan Ekowisata Mancing

Sabtu 18-11-2023,13:30 WIB
Reporter : Khoirul Anwarudin
Editor : Leni Indarti Hasyim

Bagi para penghobi, yang dicari justru sensasi berpetualang disertai dengan tarikan ikan yang yang mempunyai tantangan tertentu. Namun yang terpenting, kata Suparman, selain mendatangkan banyak wisatawan, pihaknya juga berusaha melestarikan rumpon sebagai alat bantu tangkap yang ramah lingkungan.

Hal tersebut dianggap lebih efektif untuk menjaga habitat dan biota laut. Sehingga para nelayan dapat mendapatkan hasil yang maksimal. Namun sayangnya, sambung Suparman, penggunaan alat tangkap lain, seperti garok ondol-ondol telah membuat nelayan Cangkol resah. Penggunaan alat tangkap ini dianggap tak ramah lingkungan.

Bahkan dapat merusak rumpon milik para nelayan Cangkol. “Banyak rumpon kita yang lepas gara-gara penggunaan garok ondol-ondol,” keluhnya.

BACA JUGA:Umat Buddha di Tanah Air Doakan Perdamaian di Palestina

Selain itu, masalah lain yang cukup menghantui eksistensi Cangkol sebagai kampung nelayan adalah minat anak muda untuk menjadi nelayan tampaknya semakin menurun. Hal ini karena ada kecenderungan generasi muda lebih suka mencari pekerjaan yang penghasilannya lebih besar dan pasti.

Saat ini banyak pemuda, khususnya di Kampung Cangkol yang lebih memilih untuk bekerja “di darat”. Pemuda kini lebih memilih mengejar cita cita menjadi pekerja kantoran atau berdagang. Dengan harapan penghasilan yang lebih pasti dan menggiurkan.

Selain itu, kata Suparman, para nelayan juga tak menekan anaknya untuk menjadi nelayan. Mereka justru mendorong anak-anaknya untuk menempuh pendidikan tinggi terlebih dahulu. Sehingga mereka bebas memilih pekerjaan apa saja yang diminatinya.

“Orang tua sih sudah menyuruh biar bisa di laut dan di darat. Kalau belum dapat kerjaan jadi nelayan dulu. Baru setelah itu mereka milih kerjaannya. Yang penting punya keterampilan dulu lah,” ungkapnya. “Kadang sebagai orang tua, kita juga juga merasa khawatir. Kan kalau di laut ada angin ada badai.

BACA JUGA:HUT ke-24 DWP, Bupati Imron Ajak Semua Elemen Ikut Bangun Kabupaten Cirebon

Beda lah sama yang di darat," imbuhnya.
Suparman membeberkan, saat ini jumlah nelayan yang tercatat di Himpunan Nelayan Cangkol sekitar 34-an kapal atau sekitar 80-an nelayan. Jumlah ini memang jauh berkurang dibandingkan dengan puluhan tahun silam yang bisa mencapai 400-an nelayan. Namun juga lebih baik dibandingkan dengan belasan tahun silam. “Tahun 2007 itu, nelayan sangat sedikit sekali. Cuma 16 kapal. Tapi setelah itu mulai naik. Banyak yang dari darat pindah ke laut. Dari Kesambi juga ada dari yang naruh kapal di sini,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Cirebon Hj Elmi Masruroh MSi mengatakan bahwa saat ini generasi muda memang lebih tertarik untuk bekerja di bidang formal. Di sisi lain profesi-profesi seperti petani dan nelayan tak lagi dianggap oleh generasi muda.

Untuk itu, pihaknya sangat mengapresiasi masyarakat Kota Cirebon, khususnya warga Kampung Cangkol yang tetap komitmen dan konsisten untuk menjalani profesi sebagai nelayan. Terlebih, mereka juga terus berinovasi untuk mengembangkan metode penangkapan yang tidak saja menguntungkan, tapi juga sangat ramah lingkungan.

“Memang harus banyak yang harus perlu dibantu. Misalnya di jeti (dermaga, red) yang rusak dan sarana dan prasarananya yang harus dipenuhi. Tapi kami di DKP3 juga terus memberikan pembinaan, misalnya memberikan bantuan mesin kapal dan penyuluhan kepada mereka,” kata Elmi. (aan)

BACA JUGA:20 Tahun Pengabdian Batalyon Akpol 2003 Tantya Sudhirajati

 

Kategori :