"Bapak Komisaris Besar Purnawirawan Banadi. Pimpinan pondok pesantren Gading Mangu, Jombang. Niki Pak, komandan njenengan Pak," kata moderator kepada Ahmad Dofiri.
Dari raut wajahnya, Ahmad Dofiri tampak terkejut. Sementara itu, Kombes (Purn) Banadi dijemput oleh panitia untuk mendekat ke podium.
BACA JUGA:Warga Rela Mengantre saat Gerakan Pangan Murah di Kota Cirebon, Omzet Capai Rp500 Juta
Sang purnawirawan mengenakan celana panjang hitam, kemeja batik, lengkap dengan peci hitam.
Jalannya masih tegap. Wajahnya berseri-seri. Sementara rambutnya yang sebagian besar tertutup peci sudah memutih.
Ahmad Dofiri turun dari mejanya menyambut kedatangan sang komandan. Jendral bintang tiga itu pun menyalami dan memeluk Banadi. Tejadi percakapan beberapa saat.
Dari sikapnya, terlihat Jenderal lulusan terbaik asal Indramayu itu sangat santun. Sikapnya itu diapresiasi oleh warganet di kolom komentar.
BACA JUGA:Bupati Karna Raih Penghargaan atas Inovasi Program Quick Respon Majalengka Raharja 112
Profil Komejen Ahmad Dofiri
Komnjen Ahmad Dofiri lahir pada 4 Juni 1967 di Desa Tegalarung, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Rekam jejaknya di Polri sangat mentereng. Dia juga dikenal sebagai jenderal bersahaja di korps Bhayangkara tersebut.
Namanya makin mencuat ketika Sidang Komisi Kode Etik Polri atau KKEP eks Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo. Ahmad Dofiri yang memimpin.
Pernah menjabat Kapolda Jawa Barat serta Kepala Badan Intelijen dan Keamanan atau Kabaintelkam Mabes Polri.
Kini, Jenderal lulusan terbaik asal Indramayu ini menjabat sebagai Inspektur Pengawasan Umum atau Irwasum. Orang ketiga di Polri.
Ahmad Dofiri masuk akademi kepolisian angkatan 1989. Lulus dengan predikat terbaik dan mendapat penghargaan sipil Adhi Makayasa.
Kesaksian mengenai Ahmad Dofiri sempat diungkapkan oleh teman seangkatannya yaitu, Brigjen Pol Yehu Wangsajaya.