Di Kupang, tingkat air sumur bor dibeberapa titik mengalami penurunan yang signifikan, dan hal ini menganggu distribusi air ke masyarakat setempat termasuk ke area sawah.
Tak jarang dari masyarakat juga harus membeli air di desa-desa terdekat.
Situasi sulit ini menyebabkan peningkatan stres dan tekanan emosional dalam keluarga karena intensifikasi persaingan untuk sumber daya yang langka seperti air.
Hal ini dapat menyebabkan konflik rumah tangga yang berujung pada kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak.
Data UPTD PPA telah menerima dan mengelola lebih dari 200 kasus dari Januari hingga Juli 2023, di antaranya adalah kasus kekerasan fisik dan seksual.
BACA JUGA:Sedimentasi di Sungai Selo Pengantin, Nelayan di Desa Citemu Mundu Sulit Melaut
Dalam beberapa kasus kesehatan mental orangtua dan anak juga harus menjadi perhatian.
Laporan Global Save the Children “Generation Hope” tahun 2022, memaparkan bahwa diperkirakan 774 juta anak di seluruh dunia—atau sepertiga dari populasi anak dunia—hidup dengan kemiskinan yang parah dan risiko iklim yang tinggi.
Indonesia menempati peringkat ke-9 tertinggi secara global terkait jumlah anak yang mengalami kedua ancaman tersebut.
“Dampak Krisis Iklim ini menjelaskan bahwa anak-anak menanggung beban yang tidak proporsional, karena tumbuh dalam situasi yang mengancam dan anak memiliki faktor-faktor yang membuatnya lebih rentan secara fisik, sosial dan ekonomi."
"Krisis iklim adalah krisis hak-hak anak. Maka, di tahun 2024, kami mendorong ada langkah aksi yang nyata untuk lebih banyak mendiskusikan perubahan iklim dari sisi anak-anak."
"Kita perlu mendorong kebijakan dan program untuk membantu anak dan keluarga, terutama yang paling terdampak oleh krisis iklim, untuk dapat mengatasi kesulitan, beradaptasi serta bersikap dan berperilaku baru sesuai perubahan yang terjadi” beber Tata Sudrajat.
Save the Children Indonesia juga menyuarakan urgensi 2024 menuju Indonesia Emas 2045, di antaranya adalah dengan sinergitas program pemenuhan hak-hak anak dan perlindungan khusus anak, terutama menjangkau anak dan keluarga yang paling terdampak oleh krisis iklim.
Melibatkan anak-anak dan orang muda sebagai pemangku kepentingan yang setara dan penggagas perubahan untuk mengatasi krisis iklim dengan membangun platform yang ramah dan aman.
Kepentingan terbaik bagi anak harus dikedepankan dalam konteks RPJPN 2025 – 2024, RPJMN 2025 – 2029, program penghapusan kemiskinan ekstrem, maupun dalam pendekatan adaptasi iklim yang berpusat pada anak. (rilis)