BACA JUGA:Goa Sunyaragi Menghadap ke Mana? Berikut Penjelasan Pemerhati Sejarah Cirebon
Akhirnya, mereka sepakat untuk membangun Taman Keputren itu di sebuah lokasi yang bernama Segara Amparan Jati.
"Segara itu sungai besar seperti danau, sedangkan Amparan Jati karena sekelilingnya terdapat pohon jati," jelas pria brewok ini.
Lokasi tersebut berupa danau namun tidak memiliki mata air, melainkan berfungsi sebagai penampungan.
Adapun sumber air yang mengaliri danau tersebut, berasal dari aliran sungai yang bernama Sungai Gangga.
BACA JUGA:Terkait Monumen China di Goa Sunyaragi, Pemerhati Sejarah Cirebon: Itu Bukan Kuburan
Selain itu, lokasi tersebut pada awalnya merupakan tempat mandi suci bagi pemeluk Agama Hindu yang ada di Cirebon.
Oleh sebab itu, pada awal pembangunan taman tersebut, penganut Agama Hindu marah dan membendung aliran sungai tersebut hingga mengalami kekeringan.
Menurut pria yang juga Pemerhati Budaya dan Sejarah Cirebon ini, pembangunan Goa Sunyaragi mengalami penyempurnaan pada tahun 1783 hingga tahun 1788.
Setelah Pangeran Adipati Karangrangan wafat, pada tahun 1783, Sultan Sepuh IV Pangeran Adipati Amir Sena, naik tahta.
BACA JUGA:Nyoblos di TPS Lain Apakah Bisa? Begini Syaratnya
Pada tahun tersebut, bertepatan dengan kedatangan orang-orang Suku Han yang memiliki Marga Tan.
"Mereka (Suku Han) merupakan pedagang Emas," kata Jajat
Kemudian pembangunan Goa Sunyaragi diteruskan oleh Sultan Sepuh V, Pangeran Raja Adipati Syafiuddin atau Sultan Matangaji.
Suku Han tadi, kemudian ditempatkan di Pelataran Pande Kemasan. Salah satu tempat yang merupakan bagian dari komplek Goa Sunyaragi.
BACA JUGA:Harga Beras di Kota Cirebon Meroket Capai Rp18 Ribu perkilogram