"Pelataran itu hamparan, Pande itu ahli, Kemasan itu adalah cinderamata," papar Jajat.
Suku Han yang menempati Pelataran Pande Kemasan itu, merupakan bagian dari konsep Goa Sunyaragi zaman dulu, sebagai tempat bermain.
Konsepnya adalah, masuk dari Kolam Simanyang, lewat ke Bangsal Jinem, terus muter ke belakang ke Arga Jumut kemudian keluarnya lewat Pande Kemasan.
"Sebagai bukti pulang dari Sunyaragi bawa oleh-oleh berupa kalung, gelang, cincin, pernak-pernik yang terbuat dari emas buatan orang-orang Han tadi," papar Pria yang juga Pemerhati Budaya dan Sejarah Cirebon ini.
BACA JUGA:Masa Tenang Jelang Pencoblosan, Masyarakat Diimbau Jaga Suasana Teduh
Adapun pembangunan Goa Sunyaragi, sambung Jajat, dipengaruhi oleh arsitek dari China, Arab dan Cirebon.
Namun menurut pengamatannya, bangunan yang ada di Taman Air Goa Sunyaragi lebih dominan gaya Majapahit.
"Makanya bangunan yang ada di Goa Sunyaragi, batanya tidak dilepa (diberi lapisan tembok)," tegasnya.
Selain itu, adanya pengaruh arsitek China, dibuktikan dengan keberadaan Goa Arga Jumut yang memiliki bentuk seperti Barongsai, hewan mitologi yang merupakan ciri khas dari China.
BACA JUGA:Pembenahan Jalur Transportasi Dalam Kota Cirebon Perlu Dilakukan
Adapun pemugaran yang dialami Goa Sunyaragi, pertama kali terjadi pada tahun 1979.
Pemugaran tersebut jelas Jajat, merupakan pemugaran pertama yang dilakukan secara besar-besaran oleh pemerintah.
"Saya masih ingat, pemugaran dipimpin oleh Ir Martindo dengan melakukan penggalian hingga memiliki bentuk seperti sekarang ini," ungkapnya.
Adapun revitalisasi kedua yang dilakukan pemerintah, terjadi pada tahun 2015.
BACA JUGA:Gen-Z dan Milenial Cirebon Janji Tidak Golput, Charta Politika Siapkan Exit Poll dan Quick Count
Hingga kini Taman Air Goa Sunyaragi Cirebon dikenal oleh masyarakat luas. Yang sebelumnya bernama Taman Kaputren Panyepi Ing Raga dan Tamsari Sunyaragi.