“Kemudian, pemberian umpan balik, On the Job Training (OJT), dan monev secara berkala,” kata Imran.
BACA JUGA:Bupati Imron: Lulusan SMAN 1 Lemahabang Harus Berperan Aktif dalam Pembangunan Daerah
Kedua, pelibatan jaringan rumah sakit swasta besar dalam program Tuberkulosis.
Pelibatan ini meliputi enam jaringan RS swasta terbesar di Indonesia, yaitu MPKU PP Muhammadiyah, Hermina, Siloam, Pertamina Bina Medika IHC, Primaya, dan Mitra Keluarga, dengan total 256 rumah sakit.
“Tentunya, jaringan rumah sakit swasta ini memiliki indikator capaian mencakup target peningkatan penemuan kasus Tuberkulosis, akses diagnosis sesuai standar dengan TCM, akses obat/OAT program untuk pasien TBC, keberhasilan pengobatan, dan peningkatan kapasitas bagi tenaga kesehatan dalam layanan TBC,” terang Imran.
Kemudian, aktif dalam kegiatan intensifikasi skrining Tuberkulosis di rumah sakit, pengiriman umpan balik per triwulan, serta kegiatan monitoring dan evaluasi per semester untuk memantau capaian.
BACA JUGA:Bupati Imron: Lulusan SMAN 1 Lemahabang Harus Berperan Aktif dalam Pembangunan Daerah
Supervisi, OJT, dan bimbingan teknis juga dilakukan kepada jaringan rumah sakit swasta.
Ketiga, pelibatan jaringan rumah sakit dan klinik milik TNI dan POLRI dalam program TB.
Jaringan ini meliputi 122 RS TNI dan 57 RS POLRI, serta 619 klinik TNI dan 598 klinik POLRI.
“Kegiatan peningkatan kapasitas dan penguatan peran fasyankes TNI-POLRI dalam skrining Tuberkulosis."
"Pengiriman umpan balik per triwulan dan kegiatan monev untuk memantau kontribusi capaian fasyankes TNI dan POLRI,” lanjut Imran.
"Supervisi, OJT, bimbingan teknis kepada RS dan klinik turut dilakukan di bawah TNI dan POLRI.”
Pendekatan keempat, lanjut Imran, yakni inovasi pembiayaan program TB di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
Inovasi berupa pemberian insentif non-kapitasi pada layanan TB bagi FKTP yang terlibat meliputi fase diagnosis, pengobatan tahap awal, dan pengobatan tahap lanjutan.