RADARCIREBON.COM – Aksi keji dan biadab kembali dilakukan oleh tentara Israel terhadap warga sipil Palestina.
Dalam sebuah laporan yang dilansir dari Disway.id, Selasa 5 Maret 2024 tentara Israel dengan sengaja menabrak warga sipil Palestina di Al-Zaytoun Kota Gaza, dengan menggunakan kendaraan militer seperti tank.
Aksi tentara Israel ini dikecam keras dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Euro-Med Human Rights Monitor pada hari Minggu.
BACA JUGA:Bupati Imron Kunjungan ke SMKN 1 Susukan: Merekalah yang Menjadi Generasi Penerus Kabupaten Cirebon
BACA JUGA:Lakukan Pelanggaran Kode Etik, 28 Personel Polri Polda Jabar Dipecat
Kejahatan-kejahatan ini adalah bagian dari genosida Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, kata kelompok hak asasi manusia, yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Organisasi yang berbasis di Jenewa ini mendokumentasikan pembunuhan tentara Israel terhadap seorang pria Palestina yang sengaja ditabrak di lingkungan Al-Zaytoun di Kota Gaza pada tanggal 29 Februari setelah dia ditangkap.
Pria tersebut diinterogasi dengan kejam oleh anggota tentara Israel, yang mengikat tangannya dengan borgol plastik sebelum menabraknya dengan kendaraan militer dari bawah ke atas tubuhnya.
BACA JUGA:Hari ke-2 Rapat Pleno KPU Kota Cirebon Molor, Ketua PPK Kesambi Jatuh Pingsan
BACA JUGA:Terima Masukan dari Menteri PANRB, Bupati Imron: Siap Dorong Optimalisasi MPP di Kabupaten Cirebon
Insiden itu terjadi di Jalan Salah al-Din utama di lingkungan Zaytoun, menurut saksi mata yang berbicara kepada tim Euro-Med Monitor.
Tentara Israel menahan tangan korban sebelum mereka meremukkannya, dan menginjak-injak tubuhnya dari kaki ke atas, membenarkan bahwa dia masih hidup pada saat kejadian.
Kemudian penghancuran yang menyeluruh dan menyeluruh, korban dibaringkan di atas aspal, bukan di area berpasir yang berdekatan.
Tubuh korban yang dimutilasi dan daerah sekitarnya menunjukkan tanda-tanda yang jelas bahwa ada buldoser atau tank militer.
Tampaknya korban sengaja membuka bajunya karena saat meninggal ia hanya terlihat hanya mengenakan celana dalam.
BACA JUGA:3 Pemain Incaran PSSI Tidak Dilirik Timnas Belanda, Peluang Dinaturalisasi?
BACA JUGA:KONI Kabupaten Cirebon Konflik Internal Makin Panas, Sutardi Dituduh Menyelewengkan Anggaran
Operasi pendobrak tersebut terjadi sebelum tentara Israel mundur ke pinggiran lingkungan Zaytoun dua hari lalu, terbukti dengan kondisi isi perut dan bagian tubuh lainnya yang belum membusuk saat kasus tersebut didokumentasikan.
Tentara Israel juga menahan 55 warga Palestina dalam operasi penahanan skala besar di beberapa daerah di kota-kota Tepi Barat yang diduduki, menurut Masyarakat Tahanan Palestina (PPS).
PPS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tentara pendudukan menahan 22 warga Palestina di Hebron.
BACA JUGA:Bulan K3, Pertamina Patra Niaga Regional JBB Gaungkan Kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Beberapa dari mereka adalah mantan tahanan yang melakukan mogok makan selama lebih dari 140 hari.
Ia menambahkan bahwa pasukan Israel menahan puluhan warga Palestina lainnya di Tubas, Bethlehem, Qalqilya, Yerusalem dan Ramallah, tempat tentara menyerbu kamp al-Amari, dan membunuh seorang anak di bawah umur berusia 16 tahun.
PPS menyatakan bahwa jumlah total tahanan pada tanggal 7 Oktober meningkat menjadi sekitar 7.400 orang.
Ini termasuk mereka yang ditahan dari rumah, melalui pos pemeriksaan militer, mereka yang dipaksa menyerah di bawah tekanan, dan mereka yang disandera.
Sedangkan jumlah anak-anak Palestina yang terbunuh meningkat menjadi 13.430, dan perempuan menjadi 8.900, sejak dimulainya agresi Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, kata sumber medis pada Senin.
BACA JUGA:Instruktur Safety Riding DAM Juara Asia-Ocenia di Thailand
Mereka menambahkan bahwa 364 petugas kesehatan tewas, dan 269 lainnya, termasuk direktur rumah sakit, ditahan dalam jangka waktu 150 hari agresi.
Sumber tersebut mengindikasikan bahwa pendudukan menghancurkan 155 institusi kesehatan, membuat 32 rumah sakit dan 53 pusat kesehatan tidak berfungsi, dan menargetkan 126 ambulans.
Mereka menggambarkan situasi kesehatan di Jalur Gaza sebagai bencana yang sangat parah akibat kegagalan memberikan bantuan medis yang diperlukan.
Ini menunjukkan bahwa pendudukan dengan sengaja menyebabkan bencana kemanusiaan dan kesehatan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, yang berkontribusi terhadap penyebaran epidemi dan penyakit menular. (*)