"Setelah pondasi diukur, ternyata sama persis dengan bangunan masjid," jelasnya.
Hingga kini, di area pondasi tersebut tidak dirikan bangunan apapun di atasnya, lokasi dibiarkan terbuka dengan ditumbuhi rumput dan tanaman.
Masjid Kaliwulu didirikan oleh Syekh Abdurohman, merupakan anak dari Ki Gede Panjunan yang juga masih keluarga dari Syekh Syarif Hidayatullah.
Syekh Abdurohman, merupakan seorang leluhur yang berpengaruh dalam pembentukan Desa Kaliwulu.
Banyak julukan yang disematkan kepada Syekh Abdurohman, seperti Raden Kaliwulu, Buyut Kaliwulu, atau Cakra Untara.
Hingga kini, masjid yang sudah masuk cagar budaya itu, banyak yang menyebutnya dengan sebutan Masjid Syekh Abdurohman.
Versi lain menyebutkan, masjid tersebut berasal dari Baghdad yang pindah secara gaib ke Desa Kaliwulu.
Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang merupakan keturunan Mesir, memiliki keinginan menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
Keinginan Syekh Syarif Hidayatullah itu, mendapat dukungan dari keluarganya yang berada di Baghdad.
"Masjidnya secara gaib pindah dari Baghdad ke Silintang, tidak lama kemudian pindah lagi ke Kauman," ujar Masari dikutip dari Pantura XFile.
Keunikan Masjid Kaliwulu, semua tiang penopang bangunan langsung bertumpu kepada batu hitam tanpa adanya bahan perekat semen.
Hal tersebut diketahui ketika Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Kaliwulu, berembug bersama warga hendak melakukan renovasi lantai masjid.
Keputusan yang diambil waktu itu, lantai masjid harus digali tanahnya untuk dibuang dan diganti dengan lantai berbahan granit.
Ketika warga bergotong rotong menggali lantai masjid, mereka dikejutkan dengan tidak ditemukannya pondasi sebagai penopang bangunan.
Sejak kejadian itu, warga meyakini bahwa Masjid Kaliwulu merupakan pindahan dari Silintang atau Baghdad.