BACA JUGA:Warga Sutawinangun Cirebon Kesal, Robohkan Bangunan yang Diduga Jual Obat Terlarang
Sesampainya di Astana Gunung Sembung, Gusti Patih dan keluarga memasuki kori (pintu) gapura, yakni pintu pertama yang ada di dekat alun-alun.
Kemudian masuk Kori Krapyak. Lalu kemudian memasuki pintu tujuh (Lawang Pitu) Giri Nur Saptarengga.
“Ketujuh pintu itu antara lain pintu Pasujudan yakni pintu yang biasa para peziarah umum berdoa dan bertawasul, kemudian memasuki pintu Ratna Komala, pintu Jinem, pintu Rararoga, pintu Kaca, pintu Bacem, baru kemudian ke pintu yang ke 9 yakni pintu Teratai,” tutur Ratu Arimbi.
Dari pintu kesembilang itu lah, Patih dan keluarga menuju ruangan dalam pesarean Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
“Yang berada di puncak bukit Gunung Sembung (Giri Nur Saptarengga)," jelasnya.
Menurut Ratu Arimbi, di ruangan dalam pesarean Gusti Patih bersama keluarga memulai prosesi Ngarwah.
Yaitu, membacakan tahlil, dzikir serta berdoa di makam-makam leluhur Cirebon yang ada di dalam Gedung Jinem, makam panembahan Ratu I, dan makam Sultan-sultan Cirebon.
"Setelah acara tahlilan dan doa bersama, keluarga Keraton Kanoman Cirebon makan bersama di Pasanggrahan Kompleks Makam Sunan Gunung Jati dan membagikan surak uang koin kepada warga dan peziarah," ujarnya. (*)