Karena menurutnya, petilasan tersebut merupakan tempat sejarah besar, dan tempat wisata religi total ada di sini wilayah Gunung Jati, Kabupaten Cirebon.
Dijelaskan Saripin, Ki Gede Rinjing merupakan salah satu orang terdekat dari keluarga Sunan Gunung Jati.
Kedekatan Ki Gede Rinjing dengan keluarga sunan, terjadi dengan cucu Sunan Gunung Jati yang bernama Ki Gusti.
Saking dekatnya Ki Gede dengan Ki Gusti, orang-orang menganggapnya sebagai bagian dari keluarga Sunan Gunung Jati.
"Ki Gede Rinjing tidak memiliki silsilah langsung dengan Sunan Gunung Jati, hanya bersifat mengabdi," jelas Saripin.
Meskipun tidak memiliki ikatan darah, Cucu Sunan Gunung Jati tersebut sudah menganggap Ki Gede Rinjing sebagai adiknya.
"Jadi diakui adik, ibaratnya adik angkat," ucapnya.
Ki Gede bertugas untuk menjaga pelabuhan dan memantau pergerakan Belanda yang ingin masuk ke wilayah Cirebon.
"Menjaga pelabuhan dan menjaga masuknya Belanda ke wilayah Cirebon, tepatnya wilayah Gunung Jati," ucap Saripin.
Ki Gede Rinjing yang memiliki tugas menjaga pelabuhan, dibuktikan dengan adanya pondasi bekas mercusuar di lokasi tersebut.
Pondasi bekas mercusuar yang ditemukan di sebuah ladang itu, merupakan bekas kejayaan Pelabuhan Pancerjati yang diyakini merupakan pelabuhan terbesar di Jawa saat itu.
"Bukan mercusuar seperti sekarang ini, dulunya berupa api dari obor yang ditutupi kaca," sambung Saripin.
Adapun Petilasan Ki Gede Rinjing, berjarak sekitar 3 Km dari Jalan Raya Gunung Jati.
Akses untuk menuju petilasan yang berjarak 100 meter dari Muara Sungai Condong, mayoritas berupa jalan setapak yang hanya bisa dilalui sepeda motor.
Setiap pesta nadran, nelayan selalu berdoa di makam Ki Gede Rinjing yang berjarak sekitar 1,5 Km ke bibir pantai.
Pada masa hidupnya, Ki Gede Rinjing merupakan seseorang yang memiliki keahlian membuat wadah buatan tangan yang disebut rinjing.